Assalamualaikum
warohmatullohi wabarokatuh...
Sudah Februari awal, Alloh terima kasih untuk waktu yang sudah kau berikan, terima kasih untuk segala yang berlimpah. Alloh boleh aku mengadu? Rasanya sesak untuk menghadapi semua, aku takut kehilangan mereka, amat takut (baca: seketika air mata jatuh).
Ntah apa yang membuatku tidak begitu tertarik lagi dengan dunia luar, tidak seperti dulu dengan amat bergegas aku usaikan. Kini, aku harus lebih banyak berpikir jika mau melakukan apapun dan dengan siapapun. Duniaku mulai tak menarik, berangsung mundur.
Sampai pada awal tahun, ingin sekali kubaca buku itu, buku yang sudah lama kubeli namun belum kubuka. Beberapa hari membacanya membuatku berfikir dengan haru, bagaimana akhirnya nanti hidupku, aku takut amat takut. Innalillahi wainnaillaihi roji'un.
Setiap yang bernyawa pasti akan meninggal, hidup itu sementara, perbanyak berbuat kebaikan, sebab kebaikanlah yang kelak kan menolong kita di alam barzah. Yaa, buku yang kubaca perihal kematian. Bagaimana tandatanda kematian, perihal alam kubur, azab kubur, dan ternyata bukan hanya pengantin saja yang punya malam pertama, kematian pun punya malam pertama di alam kubur. Bersiapsiaplah menyapanya, kujuga.
Usai magrib sebelum tidur kurebahkan badanku ke kasur sembari melanjutkan untuk mengusaikan, tanpa kusadari air mata mulai berjatuhan, merasa lebih takut dan akhirnya aku pulas tertidur.
Hati tidak tenang, merasa ada yang mengikuti dan ada di sebelahku. Ternyata oh ternyata itu ibuku yang masuk ke kamarku untuk mencari adakah nyamuk di badanku ketika tidur. Tapi karena aku terlalu takut pada apa yang kubaca, kutengokkan badanku ke hadapan ibuku sembari berteriak kencang dan sambil menangis memeluknya. Kudekap ibuku, kumenangis di perut ibuku. Kala itu ibuku berdiri dan aku setengah bangun dan duduk di atas kasur.
Ibuku kaget dan tertawa karena melihat buku yang kubaca. Seketika aku pun tertawa sambil menangis geli wkkkk. Aku lebih kaget karena kukira itu malaikat yang kan menyabut nyawaku, ah ternyata bukan. Aku nangis dan tidak tidur lagi sampai tengah malam. Malam itu menunjukkan pukul delapan lewat tiga tujuh kuingat sekali.
Sudah Februari awal, Alloh terima kasih untuk waktu yang sudah kau berikan, terima kasih untuk segala yang berlimpah. Alloh boleh aku mengadu? Rasanya sesak untuk menghadapi semua, aku takut kehilangan mereka, amat takut (baca: seketika air mata jatuh).
Ntah apa yang membuatku tidak begitu tertarik lagi dengan dunia luar, tidak seperti dulu dengan amat bergegas aku usaikan. Kini, aku harus lebih banyak berpikir jika mau melakukan apapun dan dengan siapapun. Duniaku mulai tak menarik, berangsung mundur.
Sampai pada awal tahun, ingin sekali kubaca buku itu, buku yang sudah lama kubeli namun belum kubuka. Beberapa hari membacanya membuatku berfikir dengan haru, bagaimana akhirnya nanti hidupku, aku takut amat takut. Innalillahi wainnaillaihi roji'un.
Setiap yang bernyawa pasti akan meninggal, hidup itu sementara, perbanyak berbuat kebaikan, sebab kebaikanlah yang kelak kan menolong kita di alam barzah. Yaa, buku yang kubaca perihal kematian. Bagaimana tandatanda kematian, perihal alam kubur, azab kubur, dan ternyata bukan hanya pengantin saja yang punya malam pertama, kematian pun punya malam pertama di alam kubur. Bersiapsiaplah menyapanya, kujuga.
Usai magrib sebelum tidur kurebahkan badanku ke kasur sembari melanjutkan untuk mengusaikan, tanpa kusadari air mata mulai berjatuhan, merasa lebih takut dan akhirnya aku pulas tertidur.
Hati tidak tenang, merasa ada yang mengikuti dan ada di sebelahku. Ternyata oh ternyata itu ibuku yang masuk ke kamarku untuk mencari adakah nyamuk di badanku ketika tidur. Tapi karena aku terlalu takut pada apa yang kubaca, kutengokkan badanku ke hadapan ibuku sembari berteriak kencang dan sambil menangis memeluknya. Kudekap ibuku, kumenangis di perut ibuku. Kala itu ibuku berdiri dan aku setengah bangun dan duduk di atas kasur.
Ibuku kaget dan tertawa karena melihat buku yang kubaca. Seketika aku pun tertawa sambil menangis geli wkkkk. Aku lebih kaget karena kukira itu malaikat yang kan menyabut nyawaku, ah ternyata bukan. Aku nangis dan tidak tidur lagi sampai tengah malam. Malam itu menunjukkan pukul delapan lewat tiga tujuh kuingat sekali.