Sabtu, 10 Oktober 2020

Seperempat Abad

Pondasi Penikahan


Kualitas pernikahan sepasang suami istri ternyata ditentukan oleh NIAT untuk menikah terlebih dahulu. "Apakah betul-betul berniat untuk ibadah?" Kalau iya, BAGUS!.

Alhamdulillah. Hanya saja, sayangnya banyak yang dahulu berucap niat menikah untuk ibadah dari mulutnya, tapi ternyata lain di hatinya. Sering kali di hati sebenarnya berniat:

1. Ingin kabur dari rumah. Tidak betah dengan orang tua, tidak betah di rumah, menganggap menikah adalah solusi untuk hidup bahagia. Namun, ternyata pernikahan tak seindah yang dibayangkan. Bagaimana mau membangun rumah baru, jika niat ingin kabur dari rumah?

2. Sekadar bosan hidup sendiri, banyak yang setelah menikah justru merasa kesepian dalam pernikahannya karena mereka yang "bosan hidup sendiri cenderung MENUNTUT pasangannya untuk membahagiakannya. Ketika tuntutannya tidak dipenuhi, mulailah ia merasa salah pilih pasangan."

3. Terhasut euforia menikah (baca: yang sedang kurasakan, hmm). Sahabat-sahabat sekitar sering kali memanas-manasi tentang nikah muda, ternyata diri malah terhasut ingin juga.


Etsssss, berhati-hatilah, kasus CERAI MUDA, cerai di usia pernikahan masih sangat muda, ini sudah sangat banyak.

Jika niat menikah sebelum akad sudah di-setting untuk betul-betul IBADAH, tentu yang disiapkan bukan hanya kebutuhan resepsi yang hanya 1 hari, seperti gedung resepsi, undangan, prasmanan pernikahan, gaun pesta, foto prewedding, dan yang lainnya.

Tapi, lebih dari itu, persiapan bertahun-tahun ke depannya, seperti tujuan menikah: mau membangun pernikahan seperti apa, kesiapan mental menjadi suami atau istri atau orang tua, KESIAPAN ILMU bagaimana membangun pernikahan impian, bagaimana membesarkan anak-anak yang akan dilahirkan, bagaimana menciptakan lingkungan yang kondusif untuk anggota keluarganya tumbuh dan berkembang, bagaimana menginstal akhlak kepada pasangan dan anak, bagaimana mengatur emosi diri, dan masih banyak lainnya, ilmu-ilmu semenjak TK sampai kuliah tidak didapat di bangku pendidikan formal.

Tentu saja, ini bukan jaminan pasti bahwa orang yang betul-betul berniat dan mempersiapkan dirinya secara otomatis akan mendapatkan kualitas pernikahan yang baik. Namun, setidaknya, insyaAlloh, akan ada perbedaan sikap antara yang menyiapkan dan yang tidak menyiapkan sama sekali, kan?

Tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Niat yang dulu sempat salah, mari perbaiki, dan bincangkan bersama pasangan Anda (baca: jika sudah ada pasangan wkwk).

Memperbaiki niat adalah langkah awal menjemput pernikahan harmonis. Kita perlu mengemudikan niat kita on the right track karena ini pondasi pernikahan yang mau kita bangun.

Sadari ada luka yang belum disembuhkan. Ketahui ada trauma yang belum berdamai dengan diri. Pahami bahwa diri ini pantas untuk mencintai dan dicintai.

Berikan penerimaan terbaik kepada diri kita, berikan rasa syukur terbaik untuk diri kita, dan berikan maaf yang luas atas salah diri kita. Karena sebelum selesai itu semua, boleh jadi kita tak akan pernah menjadi diri kita yang optimal sesungguhnya.

Mari, terus semangat belajar menerima diri kita. Dengan menerima, akan memberikan respon yang berbeda. Semua permasalahan yang kita rasakan berakar pada "tentang sebuah penerimaan."


Menerima dirimu hari ini seperempat abad dan sedang mempersiapkan menuju akad :)


-Canun Kamil

-Fufu Elmart

"5 Tahun Pertama Pernikahan"


Menjemput Berkah Menggapai Hikmah

Jumat, 09 Oktober 2020

Okto(cerieta) Bersama

Andaikan aku bercerita

Andaikan kamu punya cerita

Andaikan kita berkisah

Andaikan aku, kamu, kita menjadi pendengar yang bijak

Waah, foto ini bisa bercerita...



Sabtu, 19 September 2020