Senin, 15 Januari 2018

pen-Dewa-saan



Pol, harihari terus berjalan. Apa yang sudah kau persiapkan? Jaga baikbaik dirimu, persiapkan semuanya., sebab apa yang sudah kau siapkan kelak akan terpakai di masa depan. Termasuk hati yang sudah kau rapihkan setulustulusnya. Tak apa tak dapat yang kau mau, setidaknya kau pernah jatuh hati untuk beberapa kali. Esok, kau harus pastikan hati itu. Yakini ialah jodoh dunia akhiratmu. Bismillah.


Untuk ketikan yang pernah terunggah, untuk rasa yang tak sampai, dan untukmu yang terus berjalan maju, jangan hiraukan hati yang kerdil ini. kutahu ini adalah asam manisnya rasa, setidaknya aku lebih berani daripada harus diam seribu bahasa.


Sudah dewasa, saatnya memikirkan masa depan. Kemarin bukan tidak memikirkan hanya saja berjalan lebih santai. Sudah mau duatiga, waktunya mencari yang terbaik untuk dunia akhirat. Maaf jika posting-an sebelumnya memberatkan manusia lain. Hanya ingin mengungkapkan. Cukup.

Cukup Diam, ya!



Laa illahaillalloh muhammadurrosululloh...
Alhamdulillah tahun berganti, harapan baru dan  doadoa penuh dengan kerendahan kupanjatkan. Allohuakbar Alloh maha pengabul segala doa, selamat dua ribu delapan belas.

Kuakhiri dua tujuh belas dengan mengadakan yassinan dan doa bersama di masjid sekitar rumahku, seraya memohon ampun atas apa yang sudah diperbuat, kelak dua delapan belas semua yang diharapkan diijabah seridhoridhoNya.

Januari satu, aku buka dengan postingan materi di blog, ini adalah pengakuanku yang lama terpandam. Bagi manusia yang sudah kenal baik denganku pasti akan paham dan sudah mengerti, kenapa aku sulit sekali berbagi kisah perihal cinta, yaaa hanya orang tertentu yang bisa menebak diriku dan bilang seperti itu, “Pola sulit berbagi kisah, tidak terbuka kalau masalah begini”

Sebelumnya kuucapkan selamat bertambah tua untuk tiga puluh satu Desember kemarin, untukmu. Semoga sejahtera dunia dan akhiratmu, aamiin.

Aku bukan orang yang mudah mengungkapkan isi hati pada siapapun, sekalipun aku terlihat ceria dan berteman dengan siapa saja. Perihal hati kututup rapatrapat. Kenapa? Aku memang amat tertutup, terlebih aku pernah jatuh. Jatuh dan merasakan patah hati, kini bertambah pincang apapa yang dulu kurasa, bertambah mati. Rasa.

Tapi hidup terus berjalan, jangan biarkan kalut dalam sedih dan mulailah bangun, belajar dari pengalaman kelam. Terima kasih.

Kini dua ribu delapan belas, beberapa tahun yang lalu aku mulai mengenalmu, dua ribu lima belas. Berawal dari pemakaman itu, kau menambahkanku dalam kontak be be em, aku tidak tahu siapa dirimu, sebab aku tidak terlalu kenal, hanya yang kutahu kau adalah teman dari temanku. Biasa saja. Semua berjalan dengan rencana Alloh, aku berkomunikasi denganmu begitu dekat (kurasa), hingga akhirnya aku tahu apapa yang menjadi kebiasaanmu dan kegemaranmu. Ada yang sama kita sukai. Setidaknya aku (pernah merasa) dekat denganmu (dalam chat pribadi).

Semua berjalan apa adanya, hingga obrolan itu membuatku nyaman dan aku merasa bahwa kau berbeda, aku mulai tertarik denganmu. Segala yang kau utarakan di dunia sosialmu aku selalu ingin tahu, kau pun sering mengirimkan foto atau video kegiatanmu (mungkin itu juga yang kau lakukan pada semua perempuan) tapi aku merasa dekat denganmu, dengan halhal seperti itu.

Aku sulit untuk suka dengan orang lain, sampai akhirnya aku suka dengamu. (mudah bagi Alloh membolakbalikkan satu hati manusia).

Segala tentangmu aku selalu menunggu, kisah apa lagi yang akan kita ukir bersama, setelah beberapa kali kita pernah sepedahan bersama, sampai aku tidak pernah lupa untuk hal itu. Sebab kamu istimewa bagiku (tapi mungkin aku tidak untukmu).

Pertengahan dua ribu tujuh belas, kita berbagi kisah untuk memotret bulan, sampai pada akhirnya aku memotret bulan penuh dan satu foto lagi bulan sebagian, kuposting ke salah satu dunia sosialku. Aku suka dengan malam itu, membuatku penasaran. Ketika pagi kau pun melakukan hal yang sama, mengunggah foto yang serupa dengan punyaku, kepsien yang hampir serupa, tapi sayang selang beberapa menit kau menghapusnya. Tapi kau sempat tinggalkan komentar di unggahanku, entah itu kebetulan atau karena kita suka hal yang sama, kurasa itu unik. Tapi tidak dengan rasamu ke aku (sepertinya).

Terserah apa yang akan kamu lakukan setelah membaca posting-anku kali ini, kamu akan memberi kabar padaku atau kamu pergi perlahan dariku (kuharap kamu tidak sejijik itu denganku), sebab namamu adalah salah satu doa yang kuutarakan pada pemilik hati di sepertiga malamku.

Begitu mudah untukku meredam rasa, tapi sulit tiap kali ada hal yang selalu saja mengingatkanku padamu untuk tidak terbawa perasaan. Sudah, aku ingin tidur.

Selamat tahun baru dan selamat sudah berhasil meredam rasa, Pol.

Pergantian tahun 0.55

Rabu, 20 Desember 2017

Bagian Kedua: *S*e*P*e*d*a


Mulai menajuh dari biasanya, merapatkan kata, sedikit bergerak, juga mungkin tidak banyak memikirkan yang sudah tidak pada tempatnya. Menjauh bukan berarti tidak peduli, tetapi lebih pada menatap dalam tentang apa yang ingin dilakukan. Ah aku rindu, Alloh. Kusadari aku mulai menjauh dariMu, aku lemah, aku hanya bisa menangisi yang perlahan mulai pergi. Ampuni aku.

Disaat hati, raga, dan pikiran menginginkan istirahat yang paling tenang. Tak sampai hati menatap pemandangan alam yang menyejukan mata, pikiran, dan perasaan bahagia sebab ingin menyendiri. Menyadari betapa hidup mulai berproses, mulai bergerak maju, juga mulai harus bisa mengimbangi dengan amalan akhirat.

Teruslah berdoa, sesulit apapun keadaanmu kini. Serba kekurangan ataupun memiliki kelebihan, syukuri semua yang ada, alhamdulillah ada Alloh. Tetap rekahkan bibirmu, perlihatkan gigimu, dan katakan bahwa kamu baikbaik saja. Oke.

Merengek bukan berarti lemah, hanya ingin mengutarakan pikiran dan hati yang mulai tak tenang. Sejadijadinya, biar lega. Alloh maha mendengar keluh hambanya, yakini.

Allohuakbar, alhamdulillah.

Bagian Pertama: *S* e *P* e *d* a



Lagilagi Alloh selalu mempermudah segalanya, alhamdulillah Ya Alloh untuk pencapaian setiap harinya, alhamdulillah masih ditemani manusia yang selalu sayang dan peduli ke diri ini. Tanpa kalian aku tidak akan setegar ini *sambilsenyum*

Duabelas Desember duaributujuhbelas, semuanya berlalu begitu indah. Ini resepsi yang diharapkan, tepat pada waktunya. Sempat khawatir kalau tidak pada tahun ini, sebab apa yang kuambil cukup rumit, banyak senyum dan semangat yang kalian torehkan akhirnya ini semua tepat pada waktunya. Aku mengenakan baju kebesaran dengan topi segi lima di kepalaku, berkalungkan warna senada dengan baju yang kukenakan.

Untukmu ibuk dan bapakku tersayang, aku tidak ingin kehilanganmu, meskipun anakmu ini keras kepala, egois, ataupun terlihat tidak peduli, padahal sesungguhnya perempuanmu ini amat memerhatikanmu di kejauhan, amat menyayangimu di tiap doanya, dan amat tidak ingin kehilanganmu.

Empat tahun berakhir begitu cepat, satu persatu lembaran baru pun dimulai, tumbuh, bahkan banyak yang hilang. Untuk yang hilang biar Alloh gantikan seribu lebih baik dari sebelumnya, Aamiin.

Selamat untuk kalian sarjana muda, berikan didikan terbaik untuk tiap tarikan nafas dan untuk doadoa yang pernah kau gantungkan. Selamat menjadi pendidik, selamat berproses di kehidupan baru dengan gelar di belakang namamu (baca: hanya di dunia).

Terima kasih untuk ibuk, bapak, adek, nenek, almarhum engkong, saudaraku tersayang, dan kawankawan, kalian memberikan makna dalam perjalanan hidupku. Kini kuakui beban bertambah berat, semoga diri ini amanah dalam menghadapi kerasnya hidup, semoga jodohku kan kutemukan, bersama kamu yang juga mengucapkan di hari itu, kamu yang menyayangiku, eaaaaah.

Selamat malam untuk doadoa ijabah di sepertiga malam, semoga jodohku adalah kamu, mas. Wakakakak -___-

12 Desember 2017

Oh Ternyata


Desember oh Desember, sudah dipenghujung tahun. Mau ke mana liburan tahun ini? semoga selalu dalam lindungan Alloh, sehat terus, dan yang pasti jangan lupa dompet isiin yang banyak ya (baca: boleh isi uang atau tahu yang diisi)

Malam kemarin aku dan ibuku mampir ke salah satu klinik dekat rumah, ibuku khawatir karena yang aku rasakan. Dua hari rasanya tidak enak dan akhirnya malamnya kami berangkat, usai sholat magrib kami bergegas dan pulang sekitar jam delapan lewat.

Awalnya khawatir karena mata sebelah kiri rada sakit dan paginya bengkak, dipegang juga rasanya ngilu sampai ke pipi, tapi ini bukan sakit gigi ya haha. Ibuku khawatir takutnya karena mata minus jadi efeknya gitu (lagian engga mau pake kacamata sih).

Baiklah aku kalah, kalau pakai kacamata keliatannya malu sendiri mungkin karena engga biasa. Minusku kalau dirasa dari tingkat lima sebab terlalu aktif di depan komputer, maklum kerjanya mantengin komputer jadi begitulah efeknya. Innalillahi...

Masuk dari pintu utama klinik, banyak yang sedang duduk menunggu antrean. Kebetulan dokter kandungan dan dokter umumnya hanya satu yang jaga, jadi nunggunya rada lama.

Terdengar jeritan dari ruang periksa dokter umum, histeris banget hahaha, kalau kata ibuku apa iya digunaguna makanya dia kejeritan, ettttt hahaha. Aku bilang, mungkin dia lagi merasakan sakit, apa itu badannya atau ntahlah, masa iya di rumah sakit penyakitnya rada horor. Tapi yang jelas jeritannya histeris banget sampai luar, sampai banyak keluarganya yang datang. Dan akhirnya pas keluar ternyata yang tadi kejeritan itu usai kecelakaan motor, luka di dengkul kiri dan kanan yang bikin ngilu. Semoga lekas sehat kak~

Akhirnya aku masuk ruangku, dag dig dug banget, eh sebenarnya sih biasa saja deeeeeng. Soalnya udah sering juga. Dokternya menyapa dengan menanyakan kabar, kusambut hangat sembari memberinya senyuman terbaik (baca: senyum orang nunggu kelamaan) hahaha.

Sang dokter memulai dengan menanyakan apa yang kurasa (baca: mau curhat tapi takut dibilang baper) -__- baiklah aku jawab pertanyaan yang sesuai saja ya wkwkkw.

Dokter menyiapkan lampu dengan penyaggahnya yang membuat mataku silau, diperiksanya dengan teliti.

Ahhhhhhh tidak ini pasti menakutkan, dokternya mulai tajam penglihatannya ke arahku, rada sedikit sinis dengan tatapannya, seketika dokternya berubah jadi monster paling menakutkan, matanya merah rambutnya pirang dan giginya gingsulnya sampe menghujam dagu, ahhh tidaaaaak (firasat dalam hati). Plis dok aku gak mau dicongkel matanya. Laaah ini apa dah -__- hahaha

Setelah diperiksa beberapa menit dokterpun mendiagnosaku “Ah ini mah cuma mau bintit aja” katanya.

Seketika langsung nyengir, tersipu malu. “Dok, jadi cuma mau bintit? Kok sakit ya?” ketusku.

Sang dokterpun menjawab, “Iya, soalnya baru kecil jadi dia lagi sakitsakitnya, nanti saya kasih obat ya, tapi harus berani dioles ke dalam mata ya, tenang ini aman kok”.

Baiklah, setelah pikir panjang dan merenung ternyata ini berobat paling kocak sepanjang sejarah, sebab karena bintit aja sampe heboh di rumah, sampaisampai pas bayar ke kasir hmmm harganya lumayanlah yaaa. Duuuh bintit, kenapa aku dikasih obat banyak banget dah, padahal kalau kata ibuku bintit cukup pakai upil diolesin juga nanti bakalan sembuh kok wkwkkwkw.

Sekian dan terima kasih.
Desember awal.

Rabu, 22 November 2017

Puan Yudisium

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillahirrobil alamin ya Alloh...

Akhirnya menjadi hari yang ntah harus bahagia atau sedih, mungkin tangisan kebahagiaan. Terima kasih empat tahun yang tiada henti teriring doa dan harap, aku sedang menangisi apa yang sudah terlewati.

(Kelulusan adalah bonus dari proses pendidikan yang kita jalani. Proses perlu kita lakukan agar kita mampu mencapai apa yang diharapkan terwujud, tak bisa dipungkiri dalam proses pendidikan mengajarkan kita tentang kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan merupakan salah satu hal yang harus dikedepankan dalam diri seseorang, sebab dengan pendidikan kita mampu mengubah pikiran yang mulanya tidak bisa menjadi mungkin untuk diwujudkan, baik pendidikan formal maupun non-formal).

Aku tahu ini akan terwujud tepat pada waktunya, seseorang yang diharapkan mampu menjadi agen perubahan (baik sikap, perkataan, perbuatan, juga kemanfaatan). Alhamdulillah pak bu, aku lulus dengan hasil yang membuatku senyamsenyum malu. Tigakomatujuhenam. Alhamdulillah.

Bukan perkara angka yang aku pikirkan, tapi bagaimana ke depannya hidupku kelak. Sebab, ini awal dari perjuanganku menjadi sesuatu yang diharapkan. Ada beban moral yang aku emban dari kelulusan ini. Sedih rasanya jika tidak bisa menjadi apa-apa. Untuk ibu bapak adik, kawan seperjuangan, dan untuk almamater tercinta. Alhamdulillah ya Alloh.

Mungkin berlebihan, tapi inilah yang kurasakan sekarang. Aku akan merindu apa yang kulakukan kemarin, lalu, atau beberapa tahun silam. Aku akan merindukan betapa jadi orang yang ketus, sok bijak, dan suka ngaret pada masa perkuliahan. Aku akan merindukan kawankawan seperjuangan yang mulanya norak sampai tahu gaya hidup zaman now. Aku akan merindukan semua yang pernah kulakukan selama empat tahun ke belakang. Terima kasih untuk pembelajarannya selama ini. Pola Malinda akan selalu terbuka jika kalian ingin mampir ke rumah kedua orang tuaku. Silaturrahim. 

Selamat espede Pol, duapuluhdua sebelas duaributujuhbelas. Yudisium. Tangerang.



Kamis, 09 November 2017