Juni bertabur kisah. Kini Juli satu. Penuh doa dan harap yang selalu mengepul di udara.
MasyaAlloh, indah sekali berpengharapan denganmu gusti. Aku hampir lupa diri bahwa hari terus beranjak
dan mengulang nama yang sama, namun tidak dengan kejadian yang serupa. Tetap
saja dengan doa yang sama, bersamaMu.
Ramadan usai, setulustulusnya maaf kuutarakan pada manusia yang pernah
kujumpai. Terlalu banyak kemunafikan, pencitraan, juga kamuflase yang kulakukan
agar buruk diriku tidak tampak, duuuh gusti terima kasih kau telah menutup aibku.
Mungkin sebagian besar manusia sudah tahu bagaimana dan seperti apa diriku, itu
hanya bagian kecil.
Kini terasa mendayu apapa yang kurasa, tidak pernah yakin akan apa yang
diharap, selalu berhenti sebelum waktunya, hingga penyesalan berujung. Aku
rindu denganMu, ramadanMu, mengajiMu, sahurMu, berbukaMu, tarawihMu, witirMu, juga doadoa yang kuutarakankan di sepertiga
malamMu.
Duuuh gusti, aku rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar