Yeaaah sudah limabelas Juli, besok enambelas
saatnya masuk sekolah. Ketemu orang baru, guru baru, kawan baru, dan lingkungan
baru. Alhamdulillah berkah betah bersemangat :’)
Sebelum masuk kerja kuusahakan untuk
berlibur tenang dan senang, alhamdulillah terwujud. Tujuan utama ke Sukabumi,
kota kecil dengan sejuta pegunungan dan wisata alam yang menakjubkan. Baik, aku
akan berkisah tentang perjalanan liburan yang menenangkan dan melegakan.
Ehem eheeem, bismillahirrohmanirrohim...
Singkat cerita, aku punya saudara yang sudah
menikah dan ia ikut suaminya yang ditugaskan di salah satu perusahaan ternama. Awalnya
di Jakarta namun setalah itu ke Sukabumi. Sudah hampir dua tahun ia menggenap
di Sukabumi bersama suami terkasih, terkadang main ke Tangerang juga menengok
keluarga. Sebab engkongku kakak beradik dengan bapaknya.
Sudah lama sekali ia menawarkan kami saudara
sepermainan untuk mampir ke sana, namun baru ini dan dengan waktu yang amat
mendesak kami pun sampai. Alhamdulillah, memang ya the power of kepepet itu
nikmat tiada banding wkwkw.
Rencana awal kami (baca: aku dan adik dari
ibukku yang kusebut ncing) Selasa siang akan berangkat, tapi saya tidak dapat
tiket kereta untuk Selasa haha, terpaksa mundur sehari. Jadi, kami berangkat
Rabu siang menuju Stasiun terdekat, sebut saja Stasiun Poris namanya. Sehari sebelum
kupesan tiket ada drama yang menggelikan, kala itu di tiket online tertera
harga sekian, pas pembayaran ke salah satu minimarket uangku kurang tiga ribu
rupiah, alhasil kukembali ke rumah untuk mengambil kekurangan. Untung saja mini marketnya
ada di depan gangku, dekat.
Ketika kembali lagi dan melakukan pembayaran
alhamdulillah ada bonus yang kudapatkan, yaitu satu kotak kopi instan, lumayan
untuk tenggorokan yang haus bolakbalik hahaha, udah gitu ngajak anak kecil buat
ikutan bayar, ya anak usia lima tahun, dia sepupuku. Sambil mengendarai sepeda
motor mulutku basah dengan kopi itu.
Baik, keesokan harinya kuberangkat pukul
sepuluh pagi ke stasiun. Diantarkan adik tersayang. Perjalanan kami dari
stasiun awal sampai Stasiun Bogor memakan waktu kurang lebih dua jam. Iya, kami
harus menepi dulu ke Bogor, setelah itu barulah kami menaiki kereta ke arah
Sukabumi.
Sampai di Stasiun Bogor jam duabelas lebih
satu menit, degdegan takut tertinggal kereta, kami menaiki jembatan
penyebrangan orang dengan berlari kecil, karena stasiunnya ada di seberang jalan.
Stasiun Paledang itu perantara kami untuk sampai ke Sukabumi. Sesampainya di stasiun
kami langsung cetak tiket. Dirasa masih memungkinkan untuk beribadah, kami pun
meniatkan untuk sholat dzuhur di mushola . Belum terlalu antre di kamar
mandi, sebab kurang lebih duapuluh menit usai adzan, kami langsung bergegas ke
mushola.
Duabelas lebih empatpuluhdelapan kami mengikat
tali sepatu, membeli makan untuk di kereta, dan masuk ke antrean menuju gerbong
yang sedang melaju ke arah kami. Aku dan ncingku berbeda tempat duduk, aku di
empatbelas c dan ia di limabelas c (baca: kalau tidak salah kuingat).
Eh sebentar ya, tibatiba pas ngetik ini perutku
lapar. Mau makan dan sedikit ngintip final sepak bola piala dunia dulu ya :D
Baik, lanjut lagi sebab perutku sudah terisi
dengan nasi dan ayam goreng dilumuri saos~
Aku duduk di kursi berhadaphadapanan, alhamdulillah
duduk dengan ibuibu yang sudah berumah tangga dan memiliki anak. Di sebelahku
ibu muda yang memiliki anak satu. Di hadapanku ibu dengan satu anak dan nenek
yang sudah hampir enam puluh tahun kelihatannya. Nenak dan ibu itu juga beda
kursi dengan keluarganya. Kami sedikit berkisah tentang anak kecil yang sedang
aktif di usianya dan tentang Sukabumi. Ah, rasanya nikmat sekali ya buk jadi
perempuan itu (baca: dalam gumamku).
Di dalam gerbong kereta tidak banyak yang
kulakukan, sesekali memejamkan mata dan melihat pemandangan di luar sana yang
berbukitbukit. Kurang menarik perhatian pemandangannya, sebab banyak rumah dan
pasar yang dilewati.
Tibanya di Stasiun Sukabumi kami keluar pintu
gerbang dan menanyakan ke salah satu petugas di mana mushola terdekat, waktu menunjukkan
adzan ashar sudah lama berkumandang. Karena kami tidak terikat dengan apapun dan
kami dijemput oleh saudara, jadi kami putuskan berlamalama di dalam mushola. Eng
ing enggg, pas keluar mushola itu stasiun sepi bangeeeeet cuma ada kita berdua,
tadinya ramai tapi karena penumpang satu persatu sudah meninggalkan stasiun
begitulah keadaannya. Serasa stasiun milik pribadi hahaha.
Selang beberapa lama kami menghubungi saudara
bahwa kami sudah keluar dari mushola dan bergegas menuju halaman stasiun,
alhamdulillah saudara sudah di depan gerbang. Disambut dengan senyuman manis
dan tawa yang menyalutkan kami telah sampai di kotanya kini. Tidak jauh, jarak
rumahnya dengan stasiun berkisar limabelas menit.
Saudara kami menggunakan ojek online, jadi ia membawa kendaraan dan juga memesan ojol sebab kalau bertiga berkendara terlalu menggemaskan hahaha. Aku mengemudikan laju kendaraannya, sedangkan ia menaiki ojol yang dipesannya. Terlena dengan pemandangan dan jalan yang menurun, aku dan ncingku beda jalur dan akhirnya memutar balik hahah. Ketika hampir sampai di rumahnya, kami disuguhkan dengan pemandangan sawah yang menghampar di sekitar rumah penduduk, segaaaar. Bibirku merekah menyaksikan itu semua, ditambah jalan hanya cukup untuk kendaraan sepeda motor saja.
Dan akhirnya tibalah kami di rumah mungil
dengan aliran air yang mengalir deras di depan rumahnya, yeaaaaaaay~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar