Jumat, 29 Juli 2016

Tiktiktitik

Udah lama banget nih gak nulis, gak ngapdet, gak posting, dan gak mikirin kamu *laaahahaha*
Hallo pembaca blogku yang kece, pie kabare?

“Selamat  masuk sekolah untukmu calon penerus bangsa, semangat berjuang guruguru tersayang,  dan semangat menjemput rezeki halal untuk keluarga kita nanti, iya untukmu, kamuuuh”

Hari pertama sudah padat, seperti jalan raya yang sesak. Kunikmati lalu kujalani dengan meniatkan mencari barokahNya. Alloh aku padaMu. Aku anak manusia dari orang tua yang sederhana, tapi insyaAlloh aku kaya hati karena memilikimu, Ya Alloh *Hening*

            Banyak manusia yang ingin diangungkan dengan manusia lainnya, meninggikan dirinya, mengangkat harga diri, bahkan sampai menjatuhkan kemaluannya. Mungkinkah manusia harus seperti itu? Ntahlah. Tidak bisa dipungkiri manusia butuh pengakuan akan dirinya di masyarakat. Begitupun aku, akuuh butuh pengakuan dari dirimu *tsah*

            Manusia, mahluk ciptaan Alloh yang paling sempurna, kalau kalian membandingkan dengan binatang dan tumbuhan. Tapi kok banyak yak manusia yang tidak memanusiakan manusia lainnya? Ah dasar si manusia, katanya manusia yang sempurna. Udah ah bahas manusianya. Cukup. Karena aku juga manusia. Begitupun yang baca postinganku ini kan?

            Berlombalombalah kalian dalam berbuat kebaikan. Karena dengan kebaikan akan ada pahala yang kalian dapatkan. Karena, pahala apa lagi yang bisa kalian dapatkan selain mencari pahala yang berpahalapahala. Untuk itu kejarlah pahala, maka kalian akan dapatkan akuuuh. Nahloh hahahaha. Ini postingan sebenarnya membahasa apa sih? Ntahlah, yang pasti bukan tentang jodoh. Hmmm~

            Sudahlah, masalah jodoh, pahala, cukup Alloh sebagai pemegang kuasa. Jangan lupa berusaha mendapatkan yang terbaik. Karena, yang terbaik itu yang paling baik. Untukmu manusia, jangan lupa berbagi kebaikan kepada manusia lainnya, agar kamu mendapat pahala Alloh, untuk mempermudah jodohmu. Aamiin



Pukul sebelastigatujuh

Duasatu Juli 2016

Minggu, 01 Mei 2016

Belum Usai

Kematian adalah kesempurnaan, karena kematian itu hakiki, sekalipun air mata mengguyur. Namun tetap saja, Alloh punya rencana indah di luar kuasa manusia. Kita pasti menangis ketika kematian menghampiri siapapun yang ada di dekat kita. Sekalipun jauh di negeri seberang. Misalnya kematian para mujahid dan mujahiddah di Timur Tengah, yang dibom luluh lantah oleh segolongan manusia.

Anak yang tidak berdosa menjadi korban, mengilangkan keduaorangtuanya, menjadikannya yatim dan piatu atau bahkan keduanya.

Belum selesai........

Risalah Kotak Abu


“Aki, aku mau Aki lupakan kotak abu itu. Aki sudah tua, jangan meratapi kepedihan. Tidurlah, semoga esok akan lebih indah dari kotak lusuh itu” gumam Zora ke Aki dalam hening.

Aki terisak seraya meratapi kotak yang ada di tangannya, mengelus-elus dengan hati, menciumi dengan birahi, namun harus menguburnya dengan kenangan. Dulu ia gagah, tapi semenjak perempuan yang ia eluhkan menjauh, hatinya bertambah tua. Lagu yang ia lantunkan begitu menyayat bulu kuduk, beryanyi tanpa mengeluarkan kata, hanya lelehan dari dua bola matanya yang mengendur. Ia bernyanyi bersama kotak abu dalam genggamnya.

Kusebut namanya Aki, lelaki paruhbaya yang menghabiskan masa tuanya mengayun kursi goyang sebagai tunggangannya, sesekali ia memanggil namaku untuk mengitari halaman luas di belakang. Rumah kami kecil, hanya berukuran tujuh puluh lima kali seratus lima puluh meter, banyak wewangian melati di halaman belakang. Itulah pinta Rondang sebelum harinya tiba.

Enam belas hari yang lalu, Rondang meminta Tuhan untuk menutup fajarnya. Manusia hanya bisa memohon, tapi Tuhanlah yang berkehendak. Tuhan tak khobulkan pinta Rondang, hingga akhirnya Rondanglah yang mengaitkan diri di belakang rumah tuanya. Dengan bantuan Aki.

Sebelum Rondang lenyap, ia titipkan selendang hijau pekat dan sebuah kotak abu. Di dalam kotak ada sebuah surat dan kotak musik kecil, musik yang berirama Jawa dengan suara Rondang yang melantun, syahdu. Tapi aku tidak pernah paham akan apa yang Rondang ucapkan.
***

Aki pernah tiga kali berbicara kepadaku setelah kejadian itu, ia hanya ingin merenung dalam kamar tanpa kutahu sebabnya. Pembicaraan pertama, ketika Aki meminta maaf kepadaku, aku tak tahu apa yang terjadi. Pembicaraan kedua, aku diminta Aki untuk merawat pohon waru di halaman belakang. Dan, baru tadi pembicaraan ketiga yang Aki lalukan padaku. Aki memintaku mengajaknya mengitari halaman belakang.

Kursi roda berjalan penuh dengan kehati-hatian, melangkahkan kaki selangkah demi selangkah, hingga sampai pada titik terakhir. Sebuah pohon rindang yang kami tuju. Di sana terdapat sebuah kursi panjang dengan meja kecil sebagai pemanisnya. Kursi yang terbuat dari kayu jati dicat putih metalik, dengan empat buah kaki yang kokoh menyokong tubuh gembulku. Kuhirup aroma tanah yang basah, bersih dari hamparan dedaunan yang berjatuhan. Menenangkan dan membuat hati ingin berucap tegas pada alam, kenapa aku di sini? Ntahlah.

Aki termenung sesaat. Meresapi hijaunya pepohonan yang masuk, sebelum memulai pembicaraan. Daun jatuh tepat di depan tangan Aki yang menengadah, senyum kecil kulihat dari raut muka yang mulai mengendur. Baru kali pertama kulihat Aki melebarkan bibir tipisnya, setelah sebelas bulan yang lalu kulihat senyum tipis itu, ketika kami berkumpul bersama Rondang.

“Zora, Aki sudah tua. Rasanya Tuhan ingin Aki berada dengan nadiNya, di rumahNya. Aki titip pohon ini” ucap Aki dengan pelan sambil memandang pohon waru di hadapannya.

“Ini bukan tentang pohon! Kenapa Aki begitu menyalahkan diri sendiri? Bukankah Aki yang terus menasehati Zora supaya bersyukur tiap waktu, tidak membeban!! Kemana kata-kata itu ki, kemana?” Zora menyekat air matanya.

“Aki berdosa, mungkin dengan cara memohon Aki bisa lenyap” balas Aki.

“Tapi, Tuhan mencintai Aki, sekalipun berdosa, Tuhan pemaaf. Tundukkan pandangan Aki ke Tuhan”. Pertegas Zora ke Aki.

Aki menangis dengan harunya. Kini, Zora tahu kenapa Aki ingin ia yang menjaga pohon waru itu, Zora tahu bahwa pohon itulah yang membuat Aki diam seribu bahasa, Zora tahu bahwa Aki lah yang membantu Rondang untuk mengaitkan tambang ke pohon, dan Zora pun tahu kenapa Rondang meninggal tergantung di pohon waru belakang rumah mereka.

Semua tentang kasih sayang yang tidak bisa dibagi, Rondang menggantungkan diri karena cintanya terbagi dengan perempuan lain. Aki pun mendukung keputusan Rondang. Karena, perempuan lain itu adalah masa lalu Aki yang tidak bisa ia lepaskan.

Sekian.


Akhir Maret 2016


Calon Mertua

Perempuanperempuan itu saling bercuap dalam ruang yang sepi, ya mereka. Para perempuan. Perempuan memang suka bercerita, berkeluh-kesah, juga ngegosip. Tapi, perempuan tidak lupa kok menjaga dan merawat calon imamnya *eaaah

Perempuan itu manis. Ia lebih manis dari biang gula. Kau tahu kenapa? Ia menjagamu, merawatmu, juga mengasihimu. Manis kan? Itulah perempuan. Peranan seorang perempuan sangatlah mengagumkan, perempuan tidaklah sama dengan lakilaki, lakilaki pun tidak sama dengan perempuan.

Lakilaki sebagai pemimpin, itulah sebabnya seorang lakilaki harus disandingkan dengan perempuan. Melengkapi antar  kekurangan. Sama seperti halnya dengan bunga yang indah di pekarangan rumahmu, ia pasti membutuhkan air. Disiram tiap pagi dan sore, diberi pupuk, juga diberi ketulusan dari pemilik bunga itu.

Perempuan butuh penopang, yang menguatkan, mengajarkannya menjadi keibuan, hingga akhirnya menjadikan calon anaknya sebagai penerus ridhoNya. Kau cantik, teramat cantik, bola matamu tak pernah dusta, ketulusanmu melebihi cantikmu. Itulah sebabnya kau perempuan.

Hei perempuan, siapkah kamu menjadi calon ibu? Tentu, perempuan akan mempersiapkan semuanya, termasuk kupi dan pisang goreng di meja kecil beralaskan tapak meja batik khas Jogja. Perempuan, kau pasti rindu lakilakimu, tenanglah. Alloh sudah mempersiapkan yang terbaik bagimu. Kalaupun kini lakilaki itu tak kunjung datang, mungkin Alloh sedang mempuasakanmu dengan sunnahNya yang lain. Bersabarlah perempuan.



Teruntuk perempuan kan di dalam pelukan
Tangerang, 27 April 2016
10.52



Rabu, 30 Maret 2016

Syukur Nyook



Aku lupa bahwa aku punya nikmat yang tidak terhingga, aku punya kata yang sangat istimewa dalam hidupku, aku punya mantra yang mujarab dari semua kata yang ada, ternyata aku punya “Syukur” satu kata tapi penuh dengan nikmatNya. Alhamdulillah...

Mungkin aku bukan manusia sempurna, tidak akan pernah sempurna, barang secuilpun. Aku bersyukur, karena aku masih bisa mengetik ini, dan lebih bersyukur lagi karena kamu membaca unggahanku, hihihi, terima kasih.

Aku punya Alloh yang Maha, mungkin tanpa Alloh aku tidak bisa mengetik katakata ini, tidak bisa mengungkapkan kegelisahan di hati dengan tulisan ini, tidak bisa menatap lama di depan layar monitor, dan mungkin jika tanpa Alloh aku tidak ada di dunia ini. Meskipun kutahu, kelak waktunya aku tidak ada di dunia ini. lagilagi aku berskyukur, karena waktu rupanya sudah usai untukku. Aku pergi bersama amalanku.

Kamu, iya kamu. Apa kamu sudah bersyukur ketika membaca unggahanku ini? apa kamu sudah ucapkan hamdalah? atau kamu terlalu serius ketika membacanya? Atau kamu jomblo? Duh sama dong *eh salah fokus, maaf kebawa baper. Hahaha.

Eitsss, ngebahas syukur gak lengkap kalau tidak membahas status, tenang bagi yang jomblo aku gak akan buka aib kalian kok di sini. Aku cuma mau kasih tahu, bahwa jadi jomblo itu menyenangkannya luar biazzzzzzzah, kamu bisa bebas dengan siapapun tanpa adanya ikatan, kamu berekspresi segilagilanya gak akan ada yang ngelarang, dan kamu gak akan ada yang ngomelin ketika gak berkabar. Enakkan mbloo...

Yang gak enak itu ketika liat orang berduaan, iya yang itu, masa sih kamu gak tahu? Ituloh yang pake jaket hijau, helm hijau, terus si cowoknya itu nungguin yang bakalan dia bonceng, kalau gak nonggol juga ditelpon, mesra banget kan. Haaah dasar ojek online, menang banyak dah. Hahaha. Loooh ini kita bahas syukur atau jomblo atau ojek online dah? Ntahlah yang penting masih nyambung yak.

            Kalian pernah gak sih ngerasa, kalau hidup kok banyak banget yak masalahnya? Ntar masalah gaweanlah, masalah belajarlah, masalah encislah, bahkan yang paling fatal masalah ati *ehh. Bukanbukan, yang paling fatal itu masalah bagi orangorang yang mengakhiri hidupnya karena masalah. Ah dasar si masalah! Huuuh.

Nih ya aku lagi mau jadi orang bener, aku pernah baca “katanya kalau hidup itu pasti ada masalah, karena kalau tidak ada masalah berarti kita sudah tidak hidup” tapi tenang, Alloh sudah menyiapkan semua solusinya kok. Dekat banget solusinya dengan semua masalah kamu, pokoknya bakalan rebeees deh, eh beres maksudnya. Tau gak? Masih engga tahu juga? Nih aku kasih tahu, solusinya Alloh mah cuma mau kamu sujud seikhlas-ikhlasnya, pasrah, merendah, dan mohon ampun atas kehilafan. Jaraknya dekat, cuma antara keningmu dan sajadahmu. Itulah solusinya.

Aku kadang lupa kalau aku terlalu ke-aku-an, astagfirulloh. Aku lupa kalau syukur itu nikmat yang paling luar biasa dalam keadaan apapun, semoga kita bisa lebih bersyukur atas apa yang Alloh berikan. Saling introspeksi diri, mengingatkan pada kebaikan, supaya bermanfaat untuk sesama. Baarokalloh.

Semangat untuk terus bersyukur, jangan lupa kening dan sajadahmu yaa. Doakan aku di tiap sujudmu, semoga esook kita berjodoh *tsaaaaaaaah~


Jumat, 18 Maret 2016

Anginnya Kota di Bumi



Sudah kali kedua aku berkunjung ke tempatmu, tempat yang dulu kuidamkan bahwa kelak kau akan membawaku ke tempat yang sama. Dulu sekali. Ketika masih denganmu. Membolakbalikan kenangan yang sepantasnya tak usah kulakukan. Maaf jika rasaku masih tertinggal bersamamu. Acap kali kutegarkan apa yang seharusnya sudah terjadi. Tapi, ntahlah kau lagilagi.

Jum’at, aku sampai tepat di portalmu. Kuhentikan gas kendaraan, agarku bisa menikmati semilirnya angin di wilayahmu. Segar. Nikmat. Dan membangkitkan kenangan. Ah…
Tokotoko berjajar dengan semerautnya, kiri kanan semuanya menjajakan apa yang bisa dipertahankan dalam hidup. Menggaduhkan suasana, tapi itulah kesan pertama yang kudapat saat lintasi tempatmu.

            Maaf, bukan maksudku untuk terus mengintaimu, ini hanya kebetulan saja. Kulewat, lalu kusapa tempatmu. Ternyata aku terkesima dengan suasana sore, guratan awan legam membuatku mengikuti arus. Sendu dan mengangkat senyum kecil. Coba saja kita berjumpa kala itu. Pasti aku takkan memanggilmu. Kau tahu kenapa? Karena aku hanya ingin sosokmu, bukan suaramu. Jika Alloh memberi lebih, mungkin akan ada percakapan.

            Tuan, awal Maret. Sedikit lagi April, aku masih mengingat begitu pekat. Sampai aku lupa seharusnya sudah hilang guratan itu. Duatigabelas dan kini duaenambelas, terima kasih untuk sabarnya tahun yang masih mengingatkan perlahan lembaran masa lalu. Ini bukan untuk dilupakan, tapi untuk dikenang dan menjadi kisah klasik.

            Kelak jika kita berjumpa, jangan kau palingkan hadapanmu dari tatapanku. Mungkin, dengan cara itulah aku bisa menahan air yang akan kusekat dari mata pandaku.



Maret suasana sebelas

Jumat, 05 Februari 2016

Foto dan kopi (Satukanlah)


Tuan aku tertawa, aku merasa sedang sedih, maka aku tertawa. Ha ha ha ha Tuan, aku tertawa. Kau dengar tawaku? Terima kasih Sang Mahapengampun aku mentertawai diriku, aku bersyukur dapat menggoyangkan anak tekakku untuk candai dirimu.

Abang, pecimu bang, pecimu. Menandakan kau muslim. Subhanalloh. Senyum yang kau rekahkan bukan saja kesejukan, juga malunya pandangan matamu menatap. Abang, lekuk tubuhmu biasa saja tak kekar seperti olahragawan, tapi tubuhmu berisi seperti apa yang seharusnya. Senyemmu lebih dari itu. Menggugah.

Tiap magrib kusempatkan menengokmu untuk sesekali memampang muka kucelku di hadapanmu. Bukan hanya magrib kadang sehabis isya. Cari muka untuk jodoh yang kumau. Kau kau kau. Terlihat agamis dapat membimbing, sederhana, tidak banyak tingkah, murah senyum, dan kutahu kau pekerja pencari barokahNya. Karena itu, kau tersenyum.

Selamat kau telah tersenyum begitu ikhlas, memampang kilau gigimu, dengan sarungmu, juga rambut kepanjanganmu itu. Semoga ikhlasmu membawa keberkahan untuk terus menyapaku, sesekali berada sejajar di depan komputer yang berbeda. Wahahahahaha tsaaah

Foto dan kopi, aku yang terus melewati ruangmu sembari melirik mata tajamku yang penuh dengan bola mata panda.