Senin, 29 Desember 2014

Maaf Tuhan



Hallo apa kabar kalian semua ukhti? Semoga dalam lindungan Allah dan dalam keadaan sehat wal’afiat. Aamiin Allahumma Aamiin.

Pada kesempatan kali ini aku akan berbagi sedikit ceritaku pada kalian semua. Kalian pasti pernah kan menunda-nunda pekerjaan ataupun hal lain? Yaa pasti kalian pernah, akui sajalah!

Kita pasti pernah menunda yang bersifat keagamaan karena hal keduaniaan? Hmm, misalnya sholat deh, kalian pasti pernah ketika dusuruh sholat pasti bilangnya “iya nanti dulu lagi sibuk ngerjain tugas nih, tugasnya numpuk, kalo udah selesai nanti baru sholat” naah itu yang sering kali membuat kita begitu jauh dengan Sang Maha Pencipta. Padahal tanpa berkahnya kita gak mungkin bisa ngerjain tugas itu, padahal Cuma lima menit aja buat sholat gak lama kan, tapi tetap saja kita kebiasaan ngucap seperti halnya yang kalimat tadi.

Maaf,  Tuhan aku sedang sibuk!!!

Yaa, begitulah kalimat yang mungkin bisa menggambarkan sebagian diriku    -_- astagfirullah jangan dicontoh yaak. Aku tahu aku bukanlah manusia sempurna yang bisa untuk melakukan segala hal dengan baik dan tepat pada waktunya, aku tahu juga bahwasannya isi blog ini akan membuat kalian berfikir, kalau aku sudah lebih baik dari kalian. Ternyata kalian salah, aku bahkan jauh dari kata baik, aku masih banyak banyak dan banyak kekurangannya, apalagi perihal keagamaan.

            Berbicara tentang keagamaan, kalian para ukhti pernah gak terbesit dalam benak kalian untuk benar-benar menjaga aurat kalian dan memanjangkan jilbab kalian? Hmm, aku pernah terbesit tentang hal itu, tapi masih belum punya keyakinan diri untuk mencoba hal itu serius. Karena menurut aku itu adalah hal yang memiliki tanggung jawab sangat besar. Bukan saja untuk diri sendiri, tapi juga pada lingkungan dan pada Gusti Allah.
Di dalam surat An-Nuur ayat 31 :

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Begitulah kuranglebihnya bunyi yang ada di dalam ayat Al-Qur’an, aku sempat terbesit untuk memanjangkannya namun karena sikapku yang masih tercela jadi aku menggunakan jilbab semestinya dari kebanyakan wanita, meskipun sesekali aku pernah menggunakan jilbab syar’i.

Allah maaf aku masih belum sempurna. Tak seperti Siti Aisyah yang cerdas cantik dan mampu menghafal ribuan hadist. Akupun tak setabah Siti Fatimah binti Muhammad yang sabar menjalani hidup. Aku juga bukan wanita semulia bunda Khodijah yang banyak berjasa dalam agama Islam.

Tapi aku adalah Pola Malinda, yang akan terus mencari ridho dan lindunganMu. Baarakallahu.









Desember 2014

Kumbang Titipan Jari



Siapa sahabatmu?

Hallo sudahkah kalian merencanakan untuk tahun baru esok mau pergi ke mana?
Jika kalian punya waktu senggang, cobalah baca isi blog ini yang memang tidak begitu penting, namun kalian akan banyak membaca. happy reading!

Pernah punya yang kawan deket? Hmm, biasanya sih orang bilang sahabat, kalian punya? Kalau kalian punya, apa yang membuat kalian betah dengan mereka hingga kalian mempercayai mereka sebagai sahabatmmu? *jawabannya cukup kalian yg tau* ya kali ini Aku akan bahas tentang sahabat.

Bagiku sahabat terbaik adalah buku harianku yang penuh dengan kusamnya pena yang tak berarturan, Aku kurang begitu percaya dengan orang lain, sekalipun ia adalah orang yang sangat dekat sekali dengan Aku, yaa dulu pernah ada orang yang menemani hari-hariku berbagi cerita namun setelah kami berpisah cerita itu tak lagi ada. Ia pernah berjanji menjadi sahabatku, yaa SAHABAT, ia berkata kami akan bersahabat, tempat untuk berbagi cerita keluh kesah dan hal lainnya. Tapi setelah semuanya hilang Aku tak lagi percaya dengan yang namanya sahabat, bagiku sahabat itu sulit untuk ditemukan jika kita hanya menjadi manusia ketika. Yaa manusia ketika.

Mereka banyak memiliki sahabat, Aku senang banyak temanku memiliki sahabat, tapi kadang Aku berpikir apakah sahabat itu harus tau semua tentang kita? Harus tau apa yang kita lAkuin? Harus tau juga apa yang kita rasakan? Bahkan luar dalam mereka juga harus tau? Yaa kalau seperti itu sepertinya lebih asyik Allah lah yang akan menjadi sahabat kita, Allah yang paling mengerti semua seluk-beluk kita bahkan apa yang kita mau tanpa mesti kita ceritakan sekalipun. Hidup kita pasti lebih bahagia jika curhat ke Allah, apalagi tengah malam dengan penuh kekhusyuan. Baarakallahu.

Takku pungkiri bahwa Aku juga butuh seseorang yang mau mengerti diriku dan mendengarkan keluh kesahku, Aku memiliki kawan terbaik yang Aku miliki, yaa mereka adalah Novi Rahmayanti dan Adistya Rahayu. Mereka adalah kawan terbaik, Aku banyak mendapatkan hal positif dari mereka, mereka yang memberikan motivasi, wejangan dan banyak hal lainnya ketika Aku benar-benar pada masa rapuh. Bukan hanya ketika rapuh, tapi tiap saat. Yaa mungkin kalian melihat Aku manusia tegar, tapi tidak seperti itu. Aku manusia biasa yang cengeng bahkan lebih cengeng dari kamu yang sedang membaca ceritAku ini.

Aku memiliki mereka yang sangat cerdas dan mampu memberikan dorongan yang luar biasa bagi siapapun yang ada di dekatnya. Aku juga memiliki orang yang Insya Allah juga menyayangiku apa adanya. Yaa kalian semua, kalian yang memberikan Aku semangat.

Kepingan Hari Ibu



Untuk wanita yang paling hebat dalam hidupku, terima kasih yang sangat mendalam dari anakmu yang sering kali membangkang ini.

Untuk wanita yang paling sabar dalam perjalanan keluarga ini, terima kasih kau telah percaya pada semua kegiatanku.

Terima kasih kau yang membangunkan tidurku, ketika mataku belum sempat terbasuh wudhu-Nya.

Terima kasih kau yang membukankan pintu untukku, ketika kegiatanku mengharuskan aku pulang pagi.

Terima kasih kau yang setia tak memarahiku, disaat yang sebenarnya engkau ingin marah pada tingkahku.

Terima kasih kau yang menangis ketika ku jahat terhadap anak keduamu, dan kami saling beradu argumen.

Terima kasih kau menjadi salah satu wanita yang ku tangisi, ketika aku tak dapat lagi membendung air mata ini.

Terima kasih kau yang setiap kesempatan membelikanku buah, yaa alpukat.

Dan berjuta kata terima kasih untuk kepedulianmu kepadaku, disaat banyak yang tak memperdulikan aku, kau yang tersenyum manis padahal kau ingin mengatakan sesuatu tentangku, namun enggan kau katakan.

Hingga akhirnya kau pula yang membuatku menangis melihatmu begitu kerasnya mendidik dan menjaga kami di keluarga ini. Aku menyayangimu, bahkan sangat mencintaimu meskipun aku tak suka sikapmu ketika memarahiku dengan celotehanmu yang bijak itu.

Kau yang cantik, kau yang sholehah, kau yang menyebalkan, kau yang anak berbakti kepada nenek dan engkongku, kau istri terbaik untuk ayahku, dan kau manusia ciptaan Allah yang paling sempurna untukku. Terima kasih untuk cinta tulusmu.

Ketika aku menuliskan cerita ini, tepat hari itu adalah hari Ibu. Ku ucapkan terima kasih yang sangat mendalam untuk ibuku tercinta, aku sangat menyayangimu dan aku tak ingin kehilanganmu meskipun sejengkal kau pergi dariku. Aku ingin engkau tetap dan terus ada untukku, semasih aku hidup di bumi yang kadang tak sejalan dengan harapanku.

Ibu… aku anakmu yang berlumuran dosa kepadamu, maafkan anakmu yang satu ini bu, belum bisa memberi kebaikan yang penuh dnegan keberkahan, aku banyak menyusahkanmu, bahkan sering membuatmu menangis. Ketika maalm ini saja aku membuatmu menangis bahagia, yaa ketika aku membawakanmu kue berbentuk lingkaran di atasnya ku letakkan lililn-lilin kecil untuk menghiasi semaraknya hari Ibu, aku jadi terharu hingga akhirnya aku cengeng dan meneteskan banyak linangan air mata yang tak seharusnya kau lihat bu…
Ibuku tersayang, aku mengucapkan beberapa patah kata untuk menyemarakkan hari ini, dan kaupun mengamini doa itu. Semoga engkau menjadi ibu yang benar-benar setia kepadaku bu, jujur aku tak ingin kehilangan sosok ibu ada ibu tiada. Aku ingin engkau ada dalam tiap tapakan kakiku di manapun aku berada, sungguh bu.
Huuuh cengeng aku, ketika mengetik ini saja ku teteskan lagi air mata lagi bu. Aku tak bisa membendungnya, benar kata banyak orang yang bilang bahwa aku “CENGENG”  Toh aku cengeng ada alasannya, kenapa aku bisa seperti itu.

Ibu, begitu banyak pengorbananmu untukku, mungkin aku sangat keras kepala dengan apa yang sering kau utarakan tentang sikap, tingkah laku, sifat, dan keadaanku agar bisa berubah kearah yang lebih baik. Maafkan aku yang kadang membuatmu sakit hati atas ucapan anakmu yang manis ini. Meskipun ku tahu kau terus dan terus berdoa tentang kebaikan untuk anakmu, suamimu, dan untuk keluarga ini, juga untuk ke maslahatan umat manusia. Baarakallahu.

Tapi satu yang harus kau percaya ibuku sayang, aku mencintaimu lebih dari apapun dan aku akan terus ada untukmu;

Terima kasih. Ibu.









Balutan selimut merah, 22:07

22 Desember 2014






Jumat, 05 Desember 2014

Yuuuk, nulis puisi

Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika mendengar kata PUISI?

Kalimat yang indah kah? Ihh bahasanya 4LAY, atau palingan juga curhatan galau, puisi ah susah diungkapin bahasanya ribet! Yaa kalian pasti pernah berpikir seperti itu. Sah-sah saja kok.
Bagiku puisi adalah permulaan, di mana ekspresi seseorang yang ingin mengungkapkan isi hatinya dengan bahasa yang indah melalui pengalaman, penghayatan dan penuh dengan ketulusan hati.

Menjadi penulis puisi ternyata gampang-gampang susah loooh, kata siapa? Kata Aku barusan hohohoho. Yaa, gampangnya itu kita bisa ngeluapin apa yang kita pikirkan saat itu juga menjadi bait-bait puisi. Tapi, susahnya itu merangkai kata-kata yang pas agar enak dibaca nantinya, apalagi kalo diperlihatkan ke orang lain, huuuh susah banget -_- kan dari puisi tersebut kita mesti ngajak pembaca untuk mengikuti alur yang kita mau, agar pesan yang mau kita maksud tersampaikan dengan baik bagi pembaca, kita juga mesti pinter-pinter nyusun bahasanya. Terkadang bahasa verbal itu hal yang sangat lumrah digunakan dalam puisi, makanya mesti menggunakan bahasa yang multitafsir agar lebih menarik dikit gitu puisinya hehehe.

            Ternyata menulis puisi itu hal yang sangat menyenangkan loh, coba deh kalian tulis kejadian apa yang kalian alami pada hari ini, terus kalian buat narasi, naah selesai kalian buat narasi coba deh kalian kembangkan menjadi bait-bait puisi dengan bahasa yang indah, ituloh kalau kata anak Bahasa dan Sastra Indonesia disebutnya bahasa konotasi.

Menyenangkan bukan menulis puisi?
Puisi adalah salah satu bentuk kesustraan. Puisi berasal dari kata “Poesis” dalam Bahasa Yunani yang berarti membuat atau menciptakan. Puisi tersusun oleh satuan yang disebut baris dan bait. Puisi terdiri atas 2 unsur yang menjadi ciri umum puisi, yaitu unsur yang berkaitan dengan bentuk puisi dan unsur yang berkaitan dengan makna puisi. Unsur yang berkaitan dengan bentuk puisi adalah bunyi (irama dan rima), pilihan kata, dan tampilan tulisan. Unsur yang berkaitan dengan makna puisi adalah tema, pesan tersurat, dan pesan tersirat.

Mau belajar bikin puisi, gampang. Kan sekarang udah banyak sumber yang bisa kalian akses, mulai dari koran, majalah bahkan buku kumpulan puisi, dan kalian juga bisa loh menemukan pembahasan puisi di dunia internet. Wah pokoknya luas deh informasi sekarang ini, bahkan sangat dipermudah untuk kita mengaksesnya. Asalkan kita bisa mempergunakannya dengan bijak. Yuk manfaatkan media sebaik mungkin !

Balik ke pembahasan awal, yaitu tentang puisi. Awalnya Aku suka puisi karena dulu ketika kelas 6 SD disuruh mewakili lomba pembacaan puisi yang diadakan salah satu tempat di kawasan Tangerang Kota. Ketika itu ada beberapa anak yang mewakili dari pengajianku, dan salah satunya adalah Aku. Materi puisinya diberikan oleh guru pembimbing pada saat itu. Tak disangka Aku menjadi salah satu pemenangnya, yaah walaupun cuma juara tiga. Tapi Allhamdulillah luar biasa, dan dari situlah Aku mulai menyenangi puisi dan mulai sedikit menulis puisi meskipun dari curhatan sendiri sih hehehe. Pokoknya terima kasih yang teramat mendalam untuk guru ngajiku, berkat beliau Aku punya ilmu dan yang pasti dari hasil itu Kami dapat voucher untuk dibelanjakan dan Kami pun membeli makanan dari hasil uang itu, kemudian Aku pulang bawa piala dipajang di rumah deh. Horeee :D

Yuuk nulis puisi, ungkapkan apa yang ingin kalian ungkapkan, jangan ditahan-tahan nanti jadinya mempet loooh hohohoho.
Sekian, semoga bisa menambah kecintaan kalian untuk menulis puisi !!!



                                    23:10                           Ketika Mata Meredup, 04 Desember 201