Untuk
wanita yang paling hebat dalam hidupku, terima kasih yang sangat mendalam dari
anakmu yang sering kali membangkang ini.
Untuk
wanita yang paling sabar dalam perjalanan keluarga ini, terima kasih kau telah
percaya pada semua kegiatanku.
Terima
kasih kau yang membangunkan tidurku, ketika mataku belum sempat terbasuh
wudhu-Nya.
Terima
kasih kau yang membukankan pintu untukku, ketika kegiatanku mengharuskan aku
pulang pagi.
Terima
kasih kau yang setia tak memarahiku, disaat yang sebenarnya engkau ingin marah
pada tingkahku.
Terima
kasih kau yang menangis ketika ku jahat terhadap anak keduamu, dan kami saling
beradu argumen.
Terima
kasih kau menjadi salah satu wanita yang ku tangisi, ketika aku tak dapat lagi
membendung air mata ini.
Terima
kasih kau yang setiap kesempatan membelikanku buah, yaa alpukat.
Dan berjuta
kata terima kasih untuk kepedulianmu kepadaku, disaat banyak yang tak
memperdulikan aku, kau yang tersenyum manis padahal kau ingin mengatakan
sesuatu tentangku, namun enggan kau katakan.
Hingga
akhirnya kau pula yang membuatku menangis melihatmu begitu kerasnya mendidik
dan menjaga kami di keluarga ini. Aku menyayangimu, bahkan sangat mencintaimu
meskipun aku tak suka sikapmu ketika memarahiku dengan celotehanmu yang bijak
itu.
Kau
yang cantik, kau yang sholehah, kau yang menyebalkan, kau yang anak berbakti
kepada nenek dan engkongku, kau istri terbaik untuk ayahku, dan kau manusia
ciptaan Allah yang paling sempurna untukku. Terima kasih untuk cinta tulusmu.
Ketika
aku menuliskan cerita ini, tepat hari itu adalah hari Ibu. Ku ucapkan terima
kasih yang sangat mendalam untuk ibuku tercinta, aku sangat menyayangimu dan
aku tak ingin kehilanganmu meskipun sejengkal kau pergi dariku. Aku ingin
engkau tetap dan terus ada untukku, semasih aku hidup di bumi yang kadang tak
sejalan dengan harapanku.
Ibu…
aku anakmu yang berlumuran dosa kepadamu, maafkan anakmu yang satu ini bu,
belum bisa memberi kebaikan yang penuh dnegan keberkahan, aku banyak
menyusahkanmu, bahkan sering membuatmu menangis. Ketika maalm ini saja aku
membuatmu menangis bahagia, yaa ketika aku membawakanmu kue berbentuk lingkaran
di atasnya ku letakkan lililn-lilin kecil untuk menghiasi semaraknya hari Ibu,
aku jadi terharu hingga akhirnya aku cengeng dan meneteskan banyak linangan air
mata yang tak seharusnya kau lihat bu…
Ibuku
tersayang, aku mengucapkan beberapa patah kata untuk menyemarakkan hari ini,
dan kaupun mengamini doa itu. Semoga engkau menjadi ibu yang benar-benar setia
kepadaku bu, jujur aku tak ingin kehilangan sosok ibu ada ibu tiada. Aku ingin
engkau ada dalam tiap tapakan kakiku di manapun aku berada, sungguh bu.
Huuuh
cengeng aku, ketika mengetik ini saja ku teteskan lagi air mata lagi bu. Aku
tak bisa membendungnya, benar kata banyak orang yang bilang bahwa aku “CENGENG” Toh aku cengeng ada alasannya, kenapa aku
bisa seperti itu.
Ibu,
begitu banyak pengorbananmu untukku, mungkin aku sangat keras kepala dengan apa
yang sering kau utarakan tentang sikap, tingkah laku, sifat, dan keadaanku agar
bisa berubah kearah yang lebih baik. Maafkan aku yang kadang membuatmu sakit
hati atas ucapan anakmu yang manis ini. Meskipun ku tahu kau terus dan terus
berdoa tentang kebaikan untuk anakmu, suamimu, dan untuk keluarga ini, juga
untuk ke maslahatan umat manusia. Baarakallahu.
Tapi
satu yang harus kau percaya ibuku sayang, aku mencintaimu lebih dari apapun dan
aku akan terus ada untukmu;
Terima
kasih. Ibu.
Balutan selimut merah, 22:07
22 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar