Senin, 29 Desember 2014

Kepingan Hari Ibu



Untuk wanita yang paling hebat dalam hidupku, terima kasih yang sangat mendalam dari anakmu yang sering kali membangkang ini.

Untuk wanita yang paling sabar dalam perjalanan keluarga ini, terima kasih kau telah percaya pada semua kegiatanku.

Terima kasih kau yang membangunkan tidurku, ketika mataku belum sempat terbasuh wudhu-Nya.

Terima kasih kau yang membukankan pintu untukku, ketika kegiatanku mengharuskan aku pulang pagi.

Terima kasih kau yang setia tak memarahiku, disaat yang sebenarnya engkau ingin marah pada tingkahku.

Terima kasih kau yang menangis ketika ku jahat terhadap anak keduamu, dan kami saling beradu argumen.

Terima kasih kau menjadi salah satu wanita yang ku tangisi, ketika aku tak dapat lagi membendung air mata ini.

Terima kasih kau yang setiap kesempatan membelikanku buah, yaa alpukat.

Dan berjuta kata terima kasih untuk kepedulianmu kepadaku, disaat banyak yang tak memperdulikan aku, kau yang tersenyum manis padahal kau ingin mengatakan sesuatu tentangku, namun enggan kau katakan.

Hingga akhirnya kau pula yang membuatku menangis melihatmu begitu kerasnya mendidik dan menjaga kami di keluarga ini. Aku menyayangimu, bahkan sangat mencintaimu meskipun aku tak suka sikapmu ketika memarahiku dengan celotehanmu yang bijak itu.

Kau yang cantik, kau yang sholehah, kau yang menyebalkan, kau yang anak berbakti kepada nenek dan engkongku, kau istri terbaik untuk ayahku, dan kau manusia ciptaan Allah yang paling sempurna untukku. Terima kasih untuk cinta tulusmu.

Ketika aku menuliskan cerita ini, tepat hari itu adalah hari Ibu. Ku ucapkan terima kasih yang sangat mendalam untuk ibuku tercinta, aku sangat menyayangimu dan aku tak ingin kehilanganmu meskipun sejengkal kau pergi dariku. Aku ingin engkau tetap dan terus ada untukku, semasih aku hidup di bumi yang kadang tak sejalan dengan harapanku.

Ibu… aku anakmu yang berlumuran dosa kepadamu, maafkan anakmu yang satu ini bu, belum bisa memberi kebaikan yang penuh dnegan keberkahan, aku banyak menyusahkanmu, bahkan sering membuatmu menangis. Ketika maalm ini saja aku membuatmu menangis bahagia, yaa ketika aku membawakanmu kue berbentuk lingkaran di atasnya ku letakkan lililn-lilin kecil untuk menghiasi semaraknya hari Ibu, aku jadi terharu hingga akhirnya aku cengeng dan meneteskan banyak linangan air mata yang tak seharusnya kau lihat bu…
Ibuku tersayang, aku mengucapkan beberapa patah kata untuk menyemarakkan hari ini, dan kaupun mengamini doa itu. Semoga engkau menjadi ibu yang benar-benar setia kepadaku bu, jujur aku tak ingin kehilangan sosok ibu ada ibu tiada. Aku ingin engkau ada dalam tiap tapakan kakiku di manapun aku berada, sungguh bu.
Huuuh cengeng aku, ketika mengetik ini saja ku teteskan lagi air mata lagi bu. Aku tak bisa membendungnya, benar kata banyak orang yang bilang bahwa aku “CENGENG”  Toh aku cengeng ada alasannya, kenapa aku bisa seperti itu.

Ibu, begitu banyak pengorbananmu untukku, mungkin aku sangat keras kepala dengan apa yang sering kau utarakan tentang sikap, tingkah laku, sifat, dan keadaanku agar bisa berubah kearah yang lebih baik. Maafkan aku yang kadang membuatmu sakit hati atas ucapan anakmu yang manis ini. Meskipun ku tahu kau terus dan terus berdoa tentang kebaikan untuk anakmu, suamimu, dan untuk keluarga ini, juga untuk ke maslahatan umat manusia. Baarakallahu.

Tapi satu yang harus kau percaya ibuku sayang, aku mencintaimu lebih dari apapun dan aku akan terus ada untukmu;

Terima kasih. Ibu.









Balutan selimut merah, 22:07

22 Desember 2014






Tidak ada komentar:

Posting Komentar