Jumat, 28 November 2014

Kutipan - Surat Untuk Calon Imamku



Bismillaah…                                  
Assalamu’alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.
Wahai calon imamku dimasa depan, apa kabarnya Kamu disana ?

Masihkah semangat berjuang untuk menemuiku ?
Meskipun Kau masih rahasia bagiku,
Namun Aku begitu mencintaimu,
Dan Aku disini tak pernah kenal lelah dan menyerah untuk senantiasa mencari ilmu memantaskan diri dihadapan Allah, ku harap Kau pun begitu.

Aku belajar banyak hal agar suatu saat jika Allah sudah menentukan waktunya kita akan bertemu.

Dan saat ini, Aku sudah benar-benar siap untuk berjuang di jalan dakwah bersamamu membela agama Allah, mendidik calon mujahid dan mujahidah kecil kita sepenuh hati.
Membangun keluarga yang penuh dengan cinta, bersamamu membangun istana di surga.

Wahai calon imamku,
Aku sadar, diriku jauh dari sempurna
Aku memang bukan Siti Khadijah, tapi Aku belajar setia darinya,
Bukan pula Siti Aisyah, tapi Aku belajar bersabar darinya,
Aku bukanlah Siti Aisyah, tapi Aku belajar ikhlas darinya,
Dan Aku bukanlah Fathimah binti Muhammad, tapi Aku belajar tabah darinya.

Kau tahu wahai calon imamku ? Aku sangatlah pencemburu
Semoga kita senantiasa dapat menjaga hati semasih berjauhan.
Bersabarlah, yakinlah…

Allah pasti mempertemukan kita
Jika memang bukan dunia ini tempat pertemuan kita, Insya Allah kita akan bertemu di Jannah - Nya kelak.
Semangatlah duhai kekasih masa depanku, Aku menunggumu.


dikutip dari buku Muslimah Is Me @muslimah_talk

Insya Allah
Perempuan masa depanmu.



00:41               21 November 2014

Kutipan – Sepotong Hati Yang Baru karya Tere Liye



            Ada kalanya ketika seseorang dalam hidupmu pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Dan bahkan ia membawa lebih dari separuh hatiku.
Enam bulan berlalu, hanya berkutat mengenangmu. Mendendang lagu-lagu patah hati. Membaca buku-buku patah hati. Hidupku jalan di tempat.
Aku tidak akan pernah bisa melanjutkan hidup dengan hati yang hanya tersisa separuh. Tidak bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi.

Hening sejenak.

            Aku tahu, pasti ada bagian yang tidak masuk akal dalam perjalanan cinta. Tetapi lebih karena, lihatlah percakapan ini, Aku tahu persis, separuh hatiku akan pergi. Persis seperti sebuah daun berbentuk hati yang diiris paksa oleh belati tajam, dipotong dua. Dan Aku sama sekali tidak bisa mencegahnya.

Aku menghela napas perlahan.

“Apakah, apakah di hatimu masih ada tersisa namaku.”
Hanyut tercerabut setahun silam, ketika hati itu terkoyok separuhnya setahun lalu, Aku sudah bersumpah menguburnya dalam-dalam. Berjanji berdamai mesti tak akan pernah kuasa melupakannya.

“Apakah…, apakah di hati yang baru itu masih tersisa namaku.”
            Mengharapkan kau kembali. Terus. Hingga detik ini. Aku baru menyadari cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. Kau dengan mudah membenarkan apa pun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. Tidak lebih. Tidak kurang.

            Kenangan indah bersamamu akan kembali memenuhi hari-hariku entah sampai kapan. Itu benar. Membuatku sesak.
           Biarlah Aku menelannya bulat-bulat sambil sempurna menumbuhkan hati yang baru, memperbaiki banyak hal, memperbaiki diri sendiri.

            “Meskipun harus dengan orang yang sama?”



00:27               21 November 2014

Kamis, 20 November 2014

Aku dan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia. Ah mudah, toh kita aja sudah bicara pakai bahasa Indonesia. Kenapa mesti dipelajari lagi? buang-buang waktu saja mempelajarinya. Mungkin itu adalah salah satu yang ada dalam benak kita ketika mendengar kata bahasa Indonesia.

Taukah kalian? bahwa belajar bahasa Indonesia sangat berbeda dengan kita berbicara sehari-hari, meskipun menggunakan bahasa Indonesia sekalipun. Bahasa ucapan dan bahasa tulisan sangatlah berbeda, itu sebabnya kenapa kita mesti banyak belajar membaca, karena membaca dapat memperkaya kosakata baru dan dapat menumbuhkan gemar baca terhadap buku bacaan, serta dapat menjadikan kita bertambah pengetahuan.

Banyak orang yang bilang, kenapa ambil jurusan bahasa Indonesia? Kenapa gak ambil komputer atau akuntansi saja? kan prospeknya lebih besar di era globalisasi sekarang. Nah itulah yang awalnya membuatku sangat dilema untuk memilih bahasa Indonesia. ternyata belajar Bahasa dan Sastra Indonesia itu sulit juga loooh .__.

Tak bisa dipungkiri, memilih adalah satu cara agar kita dapat metetepkan pada satu tujuan. Dan akhirnya Aku memilih bahasa Indonesia sebagai jurusan yang konon empat tahun akan Aku jalani, sebelum pemilihan itu Aku sempatkan diri beristiqhoroh pada Sang Maha Kuasa, agar apa yang Aku pilih tak salah. Banyak kan orang yang salah pilih jurusan karena tidak sesuai dengan dirinya, ada juga yang disuruh mengikuti orangtuanya ambil jurusan ini itu, apa pula yang ikut-ikutan teman, bahkan ada juga yang terjerumus ambil jurusan karena ada seseorang yang ingin diincarnya (baca: gebetan maksudnya).

Aku menyukai bahasa Indonesia ketika SMP, saat itu Ibu gurunya sangatlah menyenangkan soalnya disuruh bikin puisi, pada saat itulah Aku menyukai bahasa Indonesia, yaa Aku menyukai membuat puisi. Sempat beberapa kali Aku mengikuti perlombaan baca puisi, dan Alhamdulillah setiap kali Aku ikut lomba itu Aku mendapatkan juara dari kegemaranku itu. Lambat laun Aku mulai membuat puisi, yaa meskipun awalnya puisi curhatan hati sendiri. Tapi Aku senang dan bahkan Aku mengumpulkan koleksi puisiku, pernah Aku menulis khusus kumpulan puisiku untuk orang yang pernah mengispirasiku kala itu, yaa dia adalah kakak kelasku ketika di SMK. Loooh kok jadi bahas beginian yaa, hahaha.

Kenapa Aku memilih bahasa Indonesia? Karena Aku menyukai puisi dan dari situlah Aku belajar mengenal kata-kata yang banyak orang bilang kata konotasi. Mungkin kalian juga akan bimbang ketika harus memilih jurusan, sama halnya seperti Aku dulu. Apa sih prospek ke depannya kalau ambil jurusan itu? Ah sudah jangan terlalu terpaku pada omongan orang yang bilang kalau lulusan bahasa Indonesia itu gak bisa jadi apa-apa kerjaan nanti, toh kan kita yang punya kemampuan, kalau kita bisa berbahasa dengan baik otomatis banyak yang mencari kita, bisa saja nanti kita jadi analis bahasa, atau bahkan jadi presenter. Loh kok presenter? Iyaa, jangan salah loh, jadi presenter yang di tipi-tipi juga mesti mahir berbahasanya. Gak Cuma itu aja, lulusan bahasa Indonesia juga banyak sekali keuntungannya, coba aja kalian rasakan kelak ketika kalian berniat memilihnya. Ingat loooh harus sesuai dengan diri kalian, jangan mau dihasut orang untuk memilih jurusan!!!

Awalnya Aku butuh sekali orang yang mampu memberiku motivasi untuk memilih jurusan ini, yaa jurusan bahasa Indonesia. Bahkan Aku sempat banyak bertanya pada orang yang awalnya tak sama sekali Aku kenal, kebetulan Aku bertemu dengannya di dunia sosial, beliau adalah mahasiswi di salah satu Universitas muhammadiyah swasta di bilangan Pasar Rebo. Yaa Aku sok mengenalnya dan mulai memberinya PM, ituloh pesan di facebook. Dan pada akhirnya Aku diperkenalkan dengan kawan satu organisasiku, dengan seorang mahasiswi muhammadiyah di Tangerang, Aku banyak bertanya tentang bahasa Indonesia kepada beliau, dan beliau dengan senang hati memberikan motivasi serta wejangannya padaku. Yaa mungkin kalian bilang Aku terhasut omongan mahasiswi itu, tapi tenang saja, bukan kok!
Aku memilih dengan kesadaranku sendiri karena Aku suka bahasa Indonesia, sekaligus Aku ingin memperbaiki bahasaku yang mulai tercemar dengan bahasa 4LAY di zaman sekarang, dan Aku mau memperbaiki nilai yang ketika dulu bahasa Indonesiaku pasti rendah hehehe.

Singkat cerita, Aku telah melilih jurusan ini, bahkan puji syukur Alhamdulillah sekarang Aku sedang belajar semester tiga jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas swasta kota Tangerang. Ternyata sangat menyenangkan belajar bahasa Indonesia karena banyak hal baru yang belum Aku tahun dan Aku sedikit tahu kini, yaa sedikit. Ada beberapa mata kuliah yang Aku senangi, yaa seperti protokol pewara, berbicara dan banyak yang lainnya, kami juga belajar yang berkaitan dengan sastra dan kebahasaan dalam jurusan ini. Wah menyenangkan pokoknya, semasih kita menyukai dan meyakini jurusan yang kita ambil, maka tekunilah!

Ohiya Aku juga ingat ada kawanku yang dulu sangat akrab denganku, memberikan motivasinya kalau jurusan yang Aku pilih itu sudah amat baik, ia memberikan dorongan mental dan pelecut semangat yang kini Aku masih mengingatnya baik-baik. Namun kini kami sudah jarang berkomunikasi karena kesibukan masing-masing, bukan Aku yang tak mengabarinya. Mungkin ia yang terlalu sibuk dengan pendidikan guru sekolah dasarnya di Universitas swasta muhammadiyah Hamka. Ntahlah

Ini singkat cerita yang Aku bisa bagiakan pada kalian, semoga bermanfaat. Ingat ya pilih sesuai diri kalian apa yang kalian mau, jangan lupa berdoa ke Gusti Allah untuk diberikan petunjuk terbaiknya J
Barakallahu…