Selasa, 02 Agustus 2016

Dua Agustus Yang Pergi

Lagi, kami harus mengikhlaskan apa yang pergi. Bukan hanya sekali, tapi berkalikali. Mungkin Alloh punya rencana indah untuk kami. Kami tahu, semua berputar. Pasti. Selamat jalan untuk yang terkenang. Mungkin jika kau bisa berbicara, kau akan berkata. Kenapa kalian melepas aku? mungkin.

            Terima kasih untuk bapak tersayangku, sudah mau mengikhlaskan ini semua terjadi. Semoga hujan yang mengguyur memberimu kekuatan, bahwa semua memang sudah waktunya. Terima kasih sudah ikhlas, meskipun kutahu bahwa hati kecilmu memikirkan ini semua. Kau bapak terbaik dan kuat untuk semuanya. Terima kasih sudah bertahan untukku, untuk ibuku, dan untuk adikku. Terima kasih Pak Nata Sugandi, Pola sayang bapak.

            Untuk perempuan yang menguatkan, terima kasih sudah mau mengusahakan ini semua terjadi. Menguatkan bapakku yang awalnya ragu, mungkin ini memang sudah jalannya. Berkah semoga berkah, hujan terima kasih sudah menyejukkan hati manusia di rumah pojokan ini. Alloh, kami percaya bahwa hujan ini keberkahan yang berlipat ganda untuk ke depannya. Subhanalloh.

            Kutahu apa yang sudah pergi tidak akan kembali lagi, kalaupun kembali mungkin akan berubah, sekecil apapun pasti perubahan ada. Kami ikhlas, meskipun malam ini kami harus tawa termehekmehek karena kepergiannya. Ntah, semua rasa campur aduk menjadi satu. Senang, sedih, khawatir, takut, buyar, dan mengenang. Ikhlaskan, ikhlaskan, dan ikhlaskan. InsyaAlloh kami usahakan.

            Terima kasih untuk beberapa tahun sudah bersama kami, bersama keluarga besar Nata Sugandi, Ibu Manih, adik Zakky Ansori, dan aku Pola Malinda. Terima kasih sudah mau mengantarkan kami pergi kemanapun yang kau bisa. Semoga ada penggantimu yang lebih baik. Daaaaaaah toscaredku. Aku mengenangmu.
Agustus, kau luar biasa. Baru saja di awal. Semoga akhirmu mengesankan.

Ketika hujan di dua Agustus

Duasatu lewat delapan

Dalam Doa

Bismillahirrohmanirrohim…..
Semangat Jum’at menjelang siang, mau kemana weekend ini? Bobok cakep aja kali yaa…

Doa bertabur anter kadang tangis terdengar
Aku pun ikut tersedu sedan
Akhirnya aku usai juga
Oh, kini aku lengkap sudah
Begitulah cuplikan lirik dari band terbaik anak negeri, ERK.


Kalau berbicara kematian pasti tidak akan ada habisnya, tumbuhan, hewan, bahkan manusia pasti akan mati. Kalau aku meninggal nanti datang ya kepusaraku. Titipkan doa terbaikmu ke Alloh untukku. Hah, padahal aku belum ada persiapan,  kalaupun mendadak itu berarti memang sudah jalanNya. Semua sudah tertulis rapih di Lauhful Mahfuz. Allohuakbar.

Kumaluku


Aku malu jika harus mengemis padamu
Malu, jika engkau menolakku dan menjatuhkanku
Malu, jika inginku tidak terkabul
Malu, jika hidupku tanpamu
Malu, jika aku tidak berarah
Tapi, aku lebih malu jika tidak pandai bersyukur, padaMu.

Alloh menghidupkan mahluk di muka bumi
Menyapanya dengan nikmat yang berlimpah
Diberinya harapan untuk nafas yang berhembus
Menyadarkan di sepertiga malam
Untukmu, untuk mengingatNya.


Agustus Satu, 2016.

Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi II)

Masuklah adegan pertama, seorang laki-laki yang baru saja pulang dari ladang dengan tangan terluka akibat ilalang yang tajam, sambil teriak laki-laki itu memanggil istrinya yang cantik, muda, dan sangat ia sayangi. Istrinya bernama Barabah (Hanipah Nazua) pemeran utama. Singkat cerita, datanglah seorang perempuan muda yang membuat hati Barabah panas, dialah Zaitun (Febry Sukma Afriyanti) diiringi oleh pengawalnya yang berbadan besar dan kekar, tapi dengan gaya yang kemayu dialah Pengawal (Fajri Wahyu Illahi). 

Di pertengahan adegan ada seorang perempuan cantik, dialah Maryati (Fatimatu Zahra) mantan istri dari Banio yang berpaling hati ke seorang lelaki Belanda yang tampan dan bertubuh putih, dialah Meneer (Mutia Aprianti). Banyak yang tidak seharusnya dalam naskah ini, pemeran perempuan berganti menjadi laki-laki, begitu sebaliknya. Karena sutradara meyakini, bahwa kamu adalah tuhan untuk tokoh yang kamu ciptakan.

Manusia yang kuharapkan akhirnya ada di hadapan kiriku, dialah ibuku. Bersama saudaraku yang lain. Penonton pada hari itu diluar dugaan awal, kukira bakalan sepi ternyata membludag. Tiket yang kami dapat dari panitia sebanyak seratus habis terjual, kukira penonton yang datang tidak sebanyak tiket yang keluar, ternyata luar biasa, begitupun dengan tiket on the spot atau beli di tempat. Sungguh, sebuah apresiasi yang luar biasa. 

Kami menobatkan sendiri kelompok kami dengan penonton terbanyak dan penuh ruang itu. Banyak apresiasi yang diberikan penonton juga dosen pengampu kepada kami, namun tidak lepas dari kritikan, mereka puas setelah menonton pertunjukkan kami. Barabah.

FESDRAK (Festival Drama Antar Kelas) pertunjukan yang dirancang untuk seluruh mahasiswa-mahasiswi keguruan dan ilmu pendidikan semester 6, fesdrak merupakan salah satu bekal calon pendidik terjun ke dunia pendidikan guna mengasah kemampuan bermain peran, menggali kreativitas, inovasi, dan memberikan apresiasi terhadap karya yang ditampilkan.
Banyak hal yang kami dapatkan dalam proses teater ini, hal yang paling berkesan adalah eratnya rasa kekeluargaan antar anggota, meskipun tidak bisa dipungkiri, tawa, tangis, bahkan perdebatan pun muncul dalam proses yang kami jalani. Banyak kendala yang kami lalui, mulai dari perubahan nama teater, pergantian naskah, dan pemilihan tokoh yang sesuai dengan peranan, hingga akhirnya kami dapat menampilkan persembahan terbaik yang sudah dirancang dengan bercucuran keringat siang malam.
Berkah barokah dan nikmat Alloh SWT, dengan rasa syukur yang teramat dalam, kami ucapkan terima kasih untuk keluarga yang terus mendukung sepenuh hati dan mendoakan kami, untuk seluruh anggota Teater Benteng, untuk Bapak E. Sumadiningrat, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia atas bimbingan dan arahannya, dan terima kasih yang setulus-tulusnya untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pementasan Lakon Barabah.
Semangat menyaksikan, semoga dapat menghibur dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan…
Begitulah catatan sutradara yang dibagikan kepada seluruh penonton yang hadir pada Juni Satu.

Terima kasih yang paling dalam dan setulus-tulusnya sutradara ingin sampaikan kepada seluruh tim Teater Benteng yang sudah totalitas. Tanpa mereka mungkin pertunjukkan ini tidaklah ada, tanpa kalian Benteng tidak akan ada, untuk kalian. Penata Panggung - Irma Afriyani dan Siti Dahlia. Penata Lampu - Lailatus Saadah. Penata  Musik - Laisa Bahriani. Penata  Busana dan RiasSusanti. Bendahara - Iis Trisnawati. Koordinator TiketLindawati. Dan untuk kalian semua para pemain yang luar biasa, terima kasih untuk totalitasnya. Untuk tim di belakang panggung, terima kasih telah melengkapi pertunjukkan kami hingga berkesan memuaskan bagi para penonton, sampai-sampai kita masuk koran. Hohohohohoho. (TangSel Pos edisi 04-05 Juni 2016)

Maaf jika selama proses banyak kata-kata yang menyakiti hati keluar dari mulut yang berdosa ini, maaf untuk semua peraturan yang sudah pernah diterapkan, maaf untuk celetukan yang menusuk, maaf sudah membatasi waktu kalian berada di rumah berkumpul dengan keluarga, maaf sudah mengharuskan kalian pulang tengah malam, maaf sudah membuat kekacauan selama beberapa bulan. Mungkin kata maaf saja tidak cukup untuk menebus salah dan kekecewaan kalian pada manusia yang sok mengatur selama proses berlangsung. 

Maaf yang setulus-tulusnya kuucapkan. Esok tidak akan ada seperti ini, inilah kenangan yang kita punya. Kenanganku pada kalian. Dan kenangan untuk semester enam di Muhammadiyah Tangerang. Teater Benteng. Semangat menuju mimpi yang kalian tuju, aku akan terus mendukung dan mendoakan kalian jadi apapun kelak.

Enam belas manusia berjuang siang malam, mulai dari memikirkan, bertindak, dan akhirnya bertawakal pada Sang Gusti Alloh. Kalian adalah pemenangnya. Salam Parabens


Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi I)

Huaaaaaaaah sudah lama banget gak aplot kisah ke laman ini, hallo kamu apa kabar? Iya kamuuuh, yang pake baju koko mau ke masjid, iya kamu *lirik ke samping*

Akhirnya semua tugas yang dibebankan ditingkat enam sudah terlampaui. Fesdrak, tugas analisis dkk, dan akhirnya UAS. Yang terberat adalah Fesdrak. Huuuh haaah *hembusin napas* babay fesdarak! Semua sudah kami lakukan semaksimal mungkin, alhamdulillah kami puas dengan apa yang sudah kami tampilkan, sekalipun ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan Ilmu Legowo kami rasa cukup. Terbayarkan perjuangan, kerja keras, dan juga totalitas kami. Semua memberikan penghargaan yang luar biasa.

Awalnya ngerasa nge-down dengan pertunjukkan yang akan ditampilkan pas hari H (Rabu, 01 Juni 2016) bunyi gong ketiga sudah dimulai tapi penonton baru sedikit, belum ada sebaris, hanya beberapa orang di depan. Nyeees. Coba rileks dengan ngunyah permen karet dan memutar lagu JKT48 River. Semua terkendali, meskipun tidak bisa dipungkiri degdegan muncak banget. Tapi tenang gegara ngunyah. Ngintip di celah, manusia yang kuharapkan belum juga menampakan wujudnya. Kukira ia telat. Benar saja. Telat.


Adegan awalpun sudah dimulai, tarian yang mencirikan pertunjukkan akan dimainkan, nampak dua pemain di atas panggung dengan muka dicat hitam dan putih dan satu pemain berbadan besar dengan muka glitter berkain batik kerlap-kerlip. Dua muka hitam putih itu adalah Ntin dan Ntun (Siti Nur Azqiyah dan Sri Darmayanti) dan perempuan glitter itu adalah Nyai (Hilda Margita) mereka menari sebagai pembuka, persembahan kami untuk para penonton. Ntin dan Ntun memerankan sebagai pembatu yang centil dan kepo. Nyai, yaa dialah dalang dari semuanya. Nyai adalah juru kunci pertunjukkan ini.