Selasa, 02 Agustus 2016

Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi II)

Masuklah adegan pertama, seorang laki-laki yang baru saja pulang dari ladang dengan tangan terluka akibat ilalang yang tajam, sambil teriak laki-laki itu memanggil istrinya yang cantik, muda, dan sangat ia sayangi. Istrinya bernama Barabah (Hanipah Nazua) pemeran utama. Singkat cerita, datanglah seorang perempuan muda yang membuat hati Barabah panas, dialah Zaitun (Febry Sukma Afriyanti) diiringi oleh pengawalnya yang berbadan besar dan kekar, tapi dengan gaya yang kemayu dialah Pengawal (Fajri Wahyu Illahi). 

Di pertengahan adegan ada seorang perempuan cantik, dialah Maryati (Fatimatu Zahra) mantan istri dari Banio yang berpaling hati ke seorang lelaki Belanda yang tampan dan bertubuh putih, dialah Meneer (Mutia Aprianti). Banyak yang tidak seharusnya dalam naskah ini, pemeran perempuan berganti menjadi laki-laki, begitu sebaliknya. Karena sutradara meyakini, bahwa kamu adalah tuhan untuk tokoh yang kamu ciptakan.

Manusia yang kuharapkan akhirnya ada di hadapan kiriku, dialah ibuku. Bersama saudaraku yang lain. Penonton pada hari itu diluar dugaan awal, kukira bakalan sepi ternyata membludag. Tiket yang kami dapat dari panitia sebanyak seratus habis terjual, kukira penonton yang datang tidak sebanyak tiket yang keluar, ternyata luar biasa, begitupun dengan tiket on the spot atau beli di tempat. Sungguh, sebuah apresiasi yang luar biasa. 

Kami menobatkan sendiri kelompok kami dengan penonton terbanyak dan penuh ruang itu. Banyak apresiasi yang diberikan penonton juga dosen pengampu kepada kami, namun tidak lepas dari kritikan, mereka puas setelah menonton pertunjukkan kami. Barabah.

FESDRAK (Festival Drama Antar Kelas) pertunjukan yang dirancang untuk seluruh mahasiswa-mahasiswi keguruan dan ilmu pendidikan semester 6, fesdrak merupakan salah satu bekal calon pendidik terjun ke dunia pendidikan guna mengasah kemampuan bermain peran, menggali kreativitas, inovasi, dan memberikan apresiasi terhadap karya yang ditampilkan.
Banyak hal yang kami dapatkan dalam proses teater ini, hal yang paling berkesan adalah eratnya rasa kekeluargaan antar anggota, meskipun tidak bisa dipungkiri, tawa, tangis, bahkan perdebatan pun muncul dalam proses yang kami jalani. Banyak kendala yang kami lalui, mulai dari perubahan nama teater, pergantian naskah, dan pemilihan tokoh yang sesuai dengan peranan, hingga akhirnya kami dapat menampilkan persembahan terbaik yang sudah dirancang dengan bercucuran keringat siang malam.
Berkah barokah dan nikmat Alloh SWT, dengan rasa syukur yang teramat dalam, kami ucapkan terima kasih untuk keluarga yang terus mendukung sepenuh hati dan mendoakan kami, untuk seluruh anggota Teater Benteng, untuk Bapak E. Sumadiningrat, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia atas bimbingan dan arahannya, dan terima kasih yang setulus-tulusnya untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pementasan Lakon Barabah.
Semangat menyaksikan, semoga dapat menghibur dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan…
Begitulah catatan sutradara yang dibagikan kepada seluruh penonton yang hadir pada Juni Satu.

Terima kasih yang paling dalam dan setulus-tulusnya sutradara ingin sampaikan kepada seluruh tim Teater Benteng yang sudah totalitas. Tanpa mereka mungkin pertunjukkan ini tidaklah ada, tanpa kalian Benteng tidak akan ada, untuk kalian. Penata Panggung - Irma Afriyani dan Siti Dahlia. Penata Lampu - Lailatus Saadah. Penata  Musik - Laisa Bahriani. Penata  Busana dan RiasSusanti. Bendahara - Iis Trisnawati. Koordinator TiketLindawati. Dan untuk kalian semua para pemain yang luar biasa, terima kasih untuk totalitasnya. Untuk tim di belakang panggung, terima kasih telah melengkapi pertunjukkan kami hingga berkesan memuaskan bagi para penonton, sampai-sampai kita masuk koran. Hohohohohoho. (TangSel Pos edisi 04-05 Juni 2016)

Maaf jika selama proses banyak kata-kata yang menyakiti hati keluar dari mulut yang berdosa ini, maaf untuk semua peraturan yang sudah pernah diterapkan, maaf untuk celetukan yang menusuk, maaf sudah membatasi waktu kalian berada di rumah berkumpul dengan keluarga, maaf sudah mengharuskan kalian pulang tengah malam, maaf sudah membuat kekacauan selama beberapa bulan. Mungkin kata maaf saja tidak cukup untuk menebus salah dan kekecewaan kalian pada manusia yang sok mengatur selama proses berlangsung. 

Maaf yang setulus-tulusnya kuucapkan. Esok tidak akan ada seperti ini, inilah kenangan yang kita punya. Kenanganku pada kalian. Dan kenangan untuk semester enam di Muhammadiyah Tangerang. Teater Benteng. Semangat menuju mimpi yang kalian tuju, aku akan terus mendukung dan mendoakan kalian jadi apapun kelak.

Enam belas manusia berjuang siang malam, mulai dari memikirkan, bertindak, dan akhirnya bertawakal pada Sang Gusti Alloh. Kalian adalah pemenangnya. Salam Parabens


4 komentar: