Lagi, kami harus mengikhlaskan apa yang pergi. Bukan hanya
sekali, tapi berkalikali. Mungkin Alloh punya rencana indah untuk kami. Kami tahu,
semua berputar. Pasti. Selamat jalan untuk yang terkenang. Mungkin jika kau
bisa berbicara, kau akan berkata. Kenapa kalian melepas aku? mungkin.
Terima kasih untuk bapak
tersayangku, sudah mau mengikhlaskan ini semua terjadi. Semoga hujan yang
mengguyur memberimu kekuatan, bahwa semua memang sudah waktunya. Terima kasih sudah
ikhlas, meskipun kutahu bahwa hati kecilmu memikirkan ini semua. Kau bapak
terbaik dan kuat untuk semuanya. Terima kasih sudah bertahan untukku, untuk
ibuku, dan untuk adikku. Terima kasih Pak Nata Sugandi, Pola sayang bapak.
Untuk perempuan yang
menguatkan, terima kasih sudah mau mengusahakan ini semua terjadi. Menguatkan bapakku
yang awalnya ragu, mungkin ini memang sudah jalannya. Berkah semoga berkah,
hujan terima kasih sudah menyejukkan hati manusia di rumah pojokan ini. Alloh,
kami percaya bahwa hujan ini keberkahan yang berlipat ganda untuk ke depannya. Subhanalloh.
Kutahu apa yang sudah
pergi tidak akan kembali lagi, kalaupun kembali mungkin akan berubah, sekecil
apapun pasti perubahan ada. Kami ikhlas, meskipun malam ini kami harus tawa
termehekmehek karena kepergiannya. Ntah, semua rasa campur aduk menjadi satu. Senang,
sedih, khawatir, takut, buyar, dan mengenang. Ikhlaskan, ikhlaskan, dan ikhlaskan.
InsyaAlloh kami usahakan.
Terima kasih untuk
beberapa tahun sudah bersama kami, bersama keluarga besar Nata Sugandi, Ibu
Manih, adik Zakky Ansori, dan aku Pola Malinda. Terima kasih sudah mau
mengantarkan kami pergi kemanapun yang kau bisa. Semoga ada penggantimu yang
lebih baik. Daaaaaaah toscaredku. Aku mengenangmu.
Agustus, kau luar biasa. Baru saja di awal. Semoga akhirmu mengesankan.
Ketika hujan di dua Agustus
Duasatu lewat delapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar