Penghujung
September, aku puas dengan apa yang sudah digores September. Tengkyu September
semuanya berkesan. Terlebih untuk keluarga tercintaaah yang gak ada duanya,
untuk semua kado yang luar biasa, dan untuk kenangan yang tidak bisa terulang
kembali. Babay September…
Kelak,
jika aku masih bersama September kan kuukir ribuan senyum membekas mengenangku.
Hingga mereka tahu bahwa pemilik September adalah perempuan biasa saja yang
bisanya hanya memberi kenang. Ntah apa yang harus kuucapkan, sebab esok adalah
akhir dari September. Jangan merindu September, karena kalau kau merindunya
sama saja kau merinduku *tsaaah
Ada
banyak kisah yang harus kuutarakan dalam bulan ini, salah satunya duadelapan September
bersama dua manusia yang tidak tahu waktu. Petang, cahaya, malam, hujan, dan
lepek. Masih semangat untuk mengayuh pedal, berkeliling kota sembari menghirup
nikmatnya menjadi pemilik malam.
Mereka,
manusia yang teramat tangguh, butiran hujan dilawannya dengan gerakan tangan
yang menyapu wajahnya. Menurunkan lengan agar tidak kedinginan, sebab, angin
malam merengkuh tubuh teramat erat. Hingga dada tertegun untuk mengulang dahak.
Pertanda malam bertambah liar.
Ada
banyak keceriaan yang terpaut pada raut yang kelelahan. Lelah berubah canda,
canda berubah tawa, tawa menjadi teriakan, dan akhirnya ada kepuasan tersendiri
pada malam itu. Menandakan ada kebebasan yang terlampaui.
Ketika teriakan di jalan raya gak malu, tapi pas sampai di
perkampungan kok kayak ngerasa risih yak. Takut dianggap bocah nekad gegara main
ujanujanan tengah malam wahahaha. Sumfeeeh malu banget jadi cengarcengir
sendiri. Sampai bilang ‘eh kok gw malu yak’ ntahlah~
Kayuh
terus, makan lagi, kumpul mulu, dan akhirnya pulang ke rumah. Duhai
September yang membolakbalikan sejuta kenang, terima kasih untuk hari yang
bertabur keberkahan. Akhir September semoga esok kan kembali. Dengan yang sama. (Sarah Ananda Putri - Malik Daruqutni)
Badai ah... hahah
BalasHapuskerispatiiiiih
BalasHapus