Jumat, 16 Desember 2016
Kamis, 08 Desember 2016
Kamis, 10 November 2016
Sepenggal Garis Waktu – Fiersa Besari
Adalah malam yang membuat pagi belajar bersinar. Adalah
hening yang membuat bising belajar mendengar. Adalah luka yang membuat sehat
belajar bersyukur. Adalah patah hati yang membuat jatuh hati belajar mendarat.
Adalah kau yang membuat aku belajar menjadi aku. Dan adalah kau yang membuatku
jatuh hati yang kedua. Ini tidak mudah.
Dan, di sinilah aku memutuskan untuk berterus-terang
menganai yang terpendam selama ini. apapun reaksimu, aku sudah siap. Aku lelah
bersembunyi memikirkanmu. Mungkin kau pun sudah lelah pura-pura tidak tahu kalau
aku memang memikirkanmu.
Mereka menyukaimu karena ketampananmu. Aku menyukaimu
karena pemikiranmu dan tatapan matamu yang kubil. Berbincang sambil bertatapan
selalu lebih baik. Mereka membencimu karena kau berbeda. Aku akan membencimu
jika kau berusaha untuk menyeragamkan dirimu. Kau unik.
Mereka mengejarmu mati-matian. Aku berusaha berjalan di
sebelahmu. Bagaimana bisa berpengan tangan kalau tidak bersampingan? Mereka kesal
karena kau terlalu sibuk. Aku senang kau mengejar mimpimu. Karena mimpi adalah
segalanya. Mereka berdoa agar bisa bersamamu. Aku berdoa agar kau selalu
bahagia. Dan doaku selanjutnya adalah: semoga aku ada di dalam skema
kebahagiaanmu.
Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu.
Tidak mahir berkata, tapi tahu cara mendoakan. Tidak mahir melawak, tapi tahu
cara membuatmu bahagia. Aku tidak tahu di mana ujung perjalanan ini, aku tidak
bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah
prioritas.
Jika telah tiba, genggam erat. Sesuatu yang istimewa
tidak datang dua kali. Tapi, jika genggaman itu lepas jangan larut dalam
linangan air mata. Alloh punya rencana yang lebih maha.
Coba sesekali simpan gengsimu, akan luar biasa
menyenangkan untuk bisa mengucapkan apa yang ingin kau ungkapkan. Sebuah dialog
akan lebih mendewasakan dibandingkan pemainan kode. Huaaaaaaah yeah! #bukukece #fiersabesari #gariswaktu #belionline
Senin, 07 November 2016
Doadoadoa
Kuperhatikan semakin
jauh, pantaskahku. Kekasih apa bila kau ampuni maka hanya engkaulah yang pengampun.
Siang ini ditemani
segelas es susu cokelat yang menyegarkan dahaga, perih, juga hati. Lebih
manis dari biasanya, dengan khidmat kuseruput penuh harap. Kudoakan, semoga
kuhapus dirimu dari hadapku, kau tidak di hadapku, tapi bayangmu terus menggoda
pikiranku.
Alunan melodi ini
sangat syahdu, tak bisa kuutarakan padamu. Aku? Aku hanya menunggu apa yang
harusnya kau ucapkan. Karena, aku perempuan yang sama seperti perempuan lain.
Menunggu. Cinta bersabarlah. Letto.
Banyak puisi yang kau
sembunyikan, tak kutemukan di mata yang lain. Hanya dirimu yang menggetar
naluri untuk yang kedua kali. Kita memang tidak saling akrab, tidak dekat, juga
tidak berani akan rasa masingmasing. Kita hanya membuka obrolan penuh tekateki, jika diartikan aku tidak ingin ke-ge-er-an. Tugasku hanya meladeni
chat itu. Ah wedeeehaha.
Katanya mencari jodoh
itu ada di empat tempat, dan salah satunya di pemakaman. Kutemui dirimu di
pemakaman. Apakah kita? Eciee nyesss wkwkw. Semoga doadoa itu terijabah. Aamiin
Minggu, 23 Oktober 2016
Doa Susu Jahe
“Nak, biarkan susu itu
manis seperti adanya, jangan kau tambahkan rasa hangat atau getir. Pasti
berbeda rasanya” Mas Purno menepuk bahu kananku. “Tapi memang begitu
seharusnya, Mas” timpalku melirik tajam.
Dari dulu Mas Purno
memang tidak suka dengan bau hangat dan getir dari racikan minuman yang kubuat.
Ia selalu mengatakan bahwa itu adalah minuman sampah, yang hanya dibuat oleh
tangan-tangan kecil sepertiku. Katanya.
Mas Pur kupanggilnya. Ia kakak tertua dari delapan bersaudara. Pekerjaannya hanya memantau keadaan pasar yang ia kelola. Semua warga pasar sangat merunduk. Ia memiliki kuasa di kawasannya. Sekalinya ia mengedikkan badan, semua akan terdiam.
Masku
sangat sayang pada perempuan yang melahirkannya, sampai ketika ayahku wafat Mas
Pur tidak pulang ke rumah. Katanya jika pulang ke rumah menandakan air mata
yang berjatuhan. Ia lebih memilih mengamankan pasar dan menghilangkan
kesedihannya. Ia membunuh sopir angkot yang menabrak ayahku. Polisi berdatangan,
tangan Mas pur diborgol. Dua tahun ia mendekap di jeruji besi.
Cerita ini belum usai, sebab terhalang ide dan inspirasi yang mandek wkwkwkwkw
Disemogaken ya Ndoo
Selamat untuk yang
sudah kau gapai, kelak kukan merindukan dirimu yang dulu. Selamat untuk yang
diselamatkan. Selamat, karena kau sudah bisa berkreasi dengan inginmu, aku? Aku
pun sudah. Sama. Sama menunggu.
Banyak perempuan cantik
yang sudah istiqomah dengan dirinya, terlihat lebih menawan dengan
balutan persegi di kepalnya. Kusuka, tapi apakah kau sukaku? Ah, aku masih
belum istiqomah dengan itu semua, aku masih dengan apa yang diriku miliki, aku
masih dengan sifat jelekku, sikap tercelaku, dan masih dengan rasa yang sama
padamu, meski kau tidak padaku! Terima kasih, ternyata lelah mengharap yang
kumau. Ah…
Tuan, apa yang sudah kau buat sungguh menakjubkan, kau jadi dirimu sendiri,
dengan kemampuan yang kau punya, tidak lupa itu adalah pemberian Alloh-mu. Berdoalah.
Semoga ijabah.
Aku dengan doa yang
kupuya, hanya bisa mendoakan. Apa yang bisa kuperbuat selain itu? Tidak, aku tidak
bisa apapa selain mengetik cerita ini. Sudahlah kuakhiri saja, sebab tidak baik
terus mengharap pada manusia, apalagi yang belum pasti. Hanya Alloh-lah yang
pasti. Yakin.
Oktober
duadua
Selasa, 11 Oktober 2016
Kudoaken
Selamat
jam sepuluh lewat empatlima. Sudah siang, sudah saatnya kamu jatuh cinta ke aku.
Nahloh kok gitu? Iya, sebab kamu sudah mau membaca goresanku hari ini. Selamat
siang, kamu yang penyayang tapi sulit disayang, maunya ingin disayangsayang.
Holaaa sayang~ hahaha
Pernah
kepikiran gak kalau orang tuamu sudah susah payah bekerja keras untukmu?
Sudahkah bersyukur siang ini bahwa mereka masih ada untukmu? Sudah?! Ntah
kenapa hari ini merindu orang rumah, padahal baru beberapa jam pergi dari
rumah, rasanya pengen terus ada di rumah.
Perempuan
cantik yang tidak kenal lelah mengurus semua kebutuhan dan keperluan
anakanaknya, suaminya, dan dirinya. Perempuan yang apa adanya, manis, yang kalau
ketawa pasti matanya kelihatan seperti orang merem. Salam sayang Ibuku
tersayang. Aku terharu dengan lelahmu pagi ini.
Ketika
kusakit merekalah yang mendekapku dengan hangat. Pukul sebelas kalong mereka
membawaku ke sebuah klinik dekat rumah. Dengan kekhawatiran yang memuncak. Aku
lemah, terkulai rapuh karena aktivitas yang padat menjatuhkanku. Seharusnya aku
sadar bahwa aku sudah besar, sudah bisa menjaga diri, juga menjaga hati, ah. Tapi,
aku lalai dengan tubuhku sendiri, tidak jaga sehatnya. Maafkan aku.
Kata
Nenek “kalau anak, cucu, atau keluarga ada yang sakit pasti orang tua ikut
kepikiran” gak enak ini itu.
Empat
hari melemah dalam ranjang yang memanja, dikuatkan bubur yang manis, dengan
butiran kapsul yang tiap empat jam harus kunikmati, dengan makan yang tidak
boleh pilih ini itu, tapi harus mau! Kuistirahatkan diri dengan pikiran tenang,
damai, dan menjatuhkan diri sejatuhjatuhnya.
Terima
kasih untuk kasih yang tidak pernah putus, sebab Pola masih sangat membutuhkan sayang
yang kalian berikan, kini dan nanti. Jangan menjauh dari peluk, sebab Pola akan
sangat tidak tahu jadi apa kelak jika tanpa yang seharusnya. Pola sayang
kalian. Kelak kalau Pola punya seseorang yang mendampingi, akan Pola ajak ia
mencintai kalian. Sama seperti ia mencintai orang tuanya sendiri. Dialah
imamku.
Doakan
Pola mendapatkan yang terbaik pilihan Alloh, juga pilihan kalian. Sebab doa
kalianlah yang ijabah (nahlooh ini kok jadi bahas jodoh ya hahaha) Semoga
yang disemogakan. Dialah dialah dan dialah mausianya. Aamiin Allohumma Aamiin.
Oktober
sepuluh enambelas
Langganan:
Postingan (Atom)