Hallo hujan, hallo kamu, hallo elegi, eh iya lupa. Hallo September ceria :)
Sudah tanggal tiga bulan Sembilan dua ribu lima belas, beralamatkan kursi kokoh penyangga beban tubuh. Berselimutkan purnama di gelapnya sang malam.
Hallo September,
hallo hallo hallo~
Tahun kemarin
September bersama keluarga, tahun lalunya lagi September bersama kamuuuh, dan
tahun lalu lalunya lagi bersama yang tak bisa kusebutkan. Haha *lalu*
Cerita September begitu pekat, dalam
imaji yang tidak lagi sama. Baru tiga hari dalam bulan September. Menghitung
sisa yang tak ada habisanya hingga akhir bulan nanti. Yaa, akhir bulan.
Jika kau berbahagia telah lahir di
bulan September, maka bagitupun aku. Kita sama. Dalam bulan yang penuh
baarokahnya Gusti Alloh. Tapi kita berbeda. Pada satu titik yang Alloh
tentukan, kau pasti tahu apa itu. Bulan yang akhirannya –ber membuat aku
begitu ber-semangat menyambutnya. Entah mengapa aku menunggu bulanmu juga.
September.
Aku menjadi perempuan yang sangat
bersyukur karena September, karena September pulalah Ibuku berjuang melahirkanku
ke dunia ini. Lalu, dipertemukan denganmu. Terima kasih untuk semua cinta yang
tulus atas kebersediaan Ibuku karena mau melahirkanku, hingga akhirnya aku
tumbuh seperti sekarang. Menjadi dewasa, tua, renta, lalu meninggal.
Kau perempuan hebat yang pernah aku
miliki, tapi aku belum bisa menggapai rohmu untuk dapat kubahagiakan. Aku tak
tahu bagaimana merangkul rohmu untuk dibahagiakan. Jasadmu saja belum mampu
untukku beri senyum tulus yang menggores di hatimu. Daku masih seperti ini,
terus membangkang dan akhirnya tersungkur di hadapan wanita hebat sepertimu.
Tapi, aku akan terus berusaha sampai kudapatkan roh dan jasadmu bahagia
karenaku.
Hebatmu, kuatmu, kasih sayangmu,
juga perlindunganmu semuanya tulus, tulus setulus-tulusnya. Terima kasih
untukmu perempuanku atas kepercayaanmu telah mau melahirkanku di bulan
September.
Untuk Ibuku di
bulan September
Dari si sulung
yang terlahir tidak sempurna
Kursi belajarku, 03 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar