Hujan hujan hujan. Hujan di bulan
Desember. Aku merindu hujan.
Menyambut duabelas
dengan senyuman tipis di bibir, mengeluheluhkan liburan yang sudah dekat. Berterima
kasih atas anugerah dipenghujung Desember. Menyambut meriahnya tahun yang akan
datang. Entah sampai atau tidak usiaku. Kuharap cukup. Terima kasih sudah mau
mengenalku. Meskipun tidak kau rengkuh diriku. Desember merinding rindu.
Kuawali pagi ini dengan
balutan kehijauan yang meneduhkan (baca: bagiku) tersenyum palsu sebisaku di
hadapan pasang mata. Berkaca pada Desember tahun lalu, hingga kini kumasih
berkaca. Koarkoar ini membuatku tidak tenang, tidak berkoma juga tidak
bertitik. Kunikmati. Sedikit kutimpali katakatanya dengan senyuman tipis.
Desember, kumenunggumu dari sebelas bulan lalu. Kini sudah kujamah engkau dalam celah kerinduanku. Pembuka
Desember yang cerah. Berbisik tajam dalam hati untuk terus mengabadikan diri pada
cerita yang kuketik. Meluapkan rasa pada katakata yang apa adanya. Beginilah
aku. Apa adanya bersama Desember.
Kilai yang memanjang
membuatku risih, kuputus, dan membuangnya. Dentuman ini menandakan awal
Desember. Di satu duaribulimabelas duabelas. Terima kasih Sang Maha Cinta kau
mencintaiku masih di muka bumi. Bersama miliaran manusia yang kuharap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar