Senin, 21 Desember 2015

PENGARUH TEORI KONSTRUKTIVISTIK TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Teori Belajar Bahasa
Dosen Pengampu:   Haeruddin, M.Pd




          A2 / V (Lima)
Pola Malinda - 1388201030



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2015

KATA PENGANTAR


            Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia terbesar-Nya atas selesainya penyusunan makalah Teori Belajar Bahasa yang membahas “Pengaruh Teori Konstruktivistik Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” sebagai perangkat kelengkapan tugas individu semester 5.
            Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan untuk saya yang membuatnya, serta mampu memberikan banyak manfaat kepada calon pendidik sebagai acuan pembelajaran sebagai acuan penambahan pengalaman materi Bahasa dan Sastra Indonesia.
            Saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yaitu Bapak Haeruddin, M.Pd atas arahan dan bimbingannya sehingga terselesainya tugas makalah ini. Dalam makalah ini menjabarkan beberapa pembahasan yang diambil dari referensi buku dan media internet. Penyusunan makalah ini dilandasi oleh beberapa faktor, salah satu faktor utama adalah untuk memberikan pengatahuan kepada para pembaca khususnya para mahasiswa/i yang sedang mempelajari teori belajar bahasa.
            Apabila ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu besar harapan saya atas pelbagai saran dan kritikan yang menunjang demi makalah ini agar lebih baik lagi


Tangerang,   Desember 2015

     Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
     Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia sudah beberapa kali terjadi, perubahan kurikulum dilakukan untuk arah pendidikan yang lebih baik, sehingga hasil dari pembelajaran mampu mencetak manusia terdidik yang unggul dalam kehidupan masyarakat, begitu juga dengan berbagai macam teori yang dikemukakan oleh para ahli, semakin bertambah dan kompleks. Teori merupakan salah satu penguat untuk suatu pendapat yang dikemukakan oleh seseorang didukung dengan data dan argumentasi setelah melakukan penelitian berdasarkan ilmu pasti, logika, dan metodologi yang digunakan.
     Dengan berbagai macam teori yang ada dan beraneka ragam, banyak juga tanggapan yang diberikan oleh manusia sebagai pengamat teori tersebut. Dalam teori ada beberapa pemikiran yang harus diperdalam guna mencapai hasil yang maksimal ketika implementasi diterapkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini di antarannya:
1.      Apa itu pengertian Implementasi Kurikulum?
2.      Apa itu pengertian Teori Konstruktivistik?
3.      Aspek-Aspek Pembelajaran Konstruktivistik?


C.Pemecahan Masalah
Adapun pemesahan masalah yang terdapat dalam makalah ini di antaranya:
1.      Mampu mengetahui pengertian Implementasi Kurikulum
2.      Mampu mengetahui pengertian Teori Konstruktivistik
3.      Mampu mengetahui Aspek Pembelajaran Konstruktivistik

D. Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan makalah ini dapat membantu pembaca yang akan menjadi seorang pendidik, tentunya dituntut untuk memahami perubahan kurikulum berdasarkan teori yang terjadi di Indonesia. Dengan mempelajari teori belajar mengajar, para pendidik atau calon pendidik dapat meningkatkan cara pembelajaran yang baik sehingga tercipta mutu pendidikian yang lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Implementasi Kurikulum

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubanhan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap (Hamalik, 2011:237).
Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam praktek pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahann pada sekelompok  orang yang diharapkan untuk berubah. Aliran konstruktifistik bersumber dari aliran belajar kognitif, di mana aliran belajar kognitif pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal (Wina, 2006 : 195 dalam Strategi Pembelajaran)
Dengan demikian implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan dan pengolahan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya. Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian lapangan untuk keperluan validasi sistem kurikulum itu sendiri.

B.       Implementasi kurikulum 2013

Implementasi kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi untuk mewujudkan hal tersebut implementasi kurikulum guru dituntut secara professional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan), mengorganisasikan pembelajran yang tepat, menentukan prosedur pembelajraan, dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2015 : 99).

C.       Strategi Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang lebih menekankan kompetensi siswa secara menyeluruh dan utuh, tidak diherankan lagi jika dalam pembelajaran yang dikembangkan oleh kurikulum tersebut lebih berpusat terhadap keaktifan dan kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa. Strategi implementasi kurikulum 2013 mencakup pada:
- Pengembangan kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan Pengembangan.
- Manajemen Implementasi.
- Evaluasi Kurikulum.

D. Strategi Implementasi Materi Pembelajaran Kurikulum 2013

Langkah-langkah penentuan materi pembelajaran:
1.    Identifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran perlu diidntifikasi aspek-aspek kompetensi yang harus dipelajari peserta didik.
·         Ranah kognitif kompetensi meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
·         Afektif meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
·         Ranah psikomotor meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.

E. Teori Pembelajaran Konstruktivistik

Merupakan teori pembelajaran yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin, 1994).
Prinsip penting dalam psikologi pendidikan adalah bahawa guru tidak dapat hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri apa yang sudah disampaikan oleh guru melalui pemikiran dan telaahnya untuk mengembangkan pengetahuannya. Siswapun dapat mengemukakan ide-ide mereka dalam pembelajaran.
Esensi dari teori konstruktivistik adalah bahwa siswa harus menemukan ide sendiri dan mentransformasikannya. Konstruktivistik adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi. Dengan kata lain konstruktivistik adalah terori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita (Slavin, 1994: 225 dalam Teori Pembelajaran terpadu, 74).
Pendekatan konstruktivistik dalam pengajaran merupakan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah dengan temannya. (Slavin, 1994).
Belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanaan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri (Suparno, 1997: 18 dalam Teori pembelajaran Terpadu, 75).
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Ia dapat berinteraksi, mendengar, melihat, berbicara, menjamah, dan merasakannya. Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivistik menurut Suparno (1997: 73 dalam Teori Pembelajaran terpadu, 75), antara lain:
     1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.
     2.      Teknaan dalam proses belajar terletak pada siswa.
     3.      Mengajar adalah membantu siswa belajar.
     4.      Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses, bukan pada hasil akhir.
     5.      Kurikulum menekannkan partisipasi siswa.
     6.      Guru sebagai fasilitator.
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri.
            Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan Matthews (1994), mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Sementara Piaget (1971), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru. Sedikit berbeda dengan para pendahulunya, Lorsbach dan Tobin (1992), mengemukakan bahwa pengetahuan ada dalam diri seseorang yang mengetahui, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang kepada yang lain. Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan konstruksi yang telah dibangun sebelumnya.
            Untuk memahami lebih dalam tentang aliran konstruktivistik ini, ada baiknya dikemukakan tentang ciri-ciri belajar berbasis konstruktivistik. Ciri-ciri tersebut pernah dikemukakan oleh Driver dan Oldham (1994), ciri-ciri yang dimaksud adalah seperti berikut ini:
        a.       Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
      b.      Elisitasi, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi menulis, membuat poster dan lain-lain.
    c.       Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.
   d.      Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.
      e.       Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.

Von Glaserfeld (dalam paul, 1996), mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu: kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan tentang sesuatu hal, dan kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain.
Peranan guru pada pendekatan konstruktivistik ini lebih sebagai mediator ada fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan berikut ini:
a.  Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik.
c.  Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidaak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.

F. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktiviistik

Proses belajar konstruktivistik secara konseptual dipandang dari pendekatan kognitif, kegiatan belajar dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta. Peranan siswa merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus mampu aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep. Peranan guru untuk membantu siswa agar proses pengkonstruksian pengetahuan berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuan sendiri. Sarana menekankan pada kegiatan belajar sebagai peranan utama dalam pembelajaran. Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya, sehingga siswa akan terbiasa terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah, mandiri, kreatif, kritis, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

G.      Aspek-Aspek Pembelajaran Konstruktivistik

            Fornot mengemukakan aspek-aspek kontruktivistik sebagai adaptasi, konsep pada lingkungan, dan pembentukan makna. Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.
           Akomodasi yakni rangsangan atau pengalaman baru seseorang yang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan schemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada.
           Tingkatan pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini oleh Vygotskian disebutnya sebagai scaffolding. Scaffolding berarti memberikan kepada yaitu:
   1.      Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.
   2.      Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
   3.      Siswa gagal meraih keberhasilan.
            Kontruktivistik Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikontruksi secara kolaburatif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu.

H. Pembentukan Pengetahuan Menurut Teori Kontruktivistik

               Pembentukan pengetahuan menurut Teori kontruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melaui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri.
              Dalam teori kontruktiviktif yakni dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka bukannya guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
   Jadi, dalam implementasi kurikulum 2013 guru dituntut untuk aktif dan kreatif. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek paedagogis, psikologis, karena implementasi kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
       Dapat di simpulkan bahwa teori konstruktivistik sebagai suatu Teori pembelajaran yang terpusat pada siswa dengan pengembangan pengetahuan berdasarkan pengalaman dan perundingan makna berbagai informasi dari berbagai pandangan selalui interaksi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih, dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil merangkai alat percobaan dan sebagainya.
Simpulan, hubungannya sangat erat karena teori konstruktivistik baik untuk kurikulum 2013 sebab K13 mengajarkan siswa lebih aktif, begitu juga dengan pendekatan konstruktivistik yang mengharuskan siswa terjun langsung dalam pembelajaran agar lebih aktif.


BAB III
SIMPULAN

A.      Simpulan

Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam praktek pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahann pada sekelompok  orang yang diharapkan untuk berubah.
Teori konstruktivistik adalah bahwa siswa harus menemukan ide sendiri dan mentransformasikannya. Konstruktivistik adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi.
Fornot mengemukakan aspek-aspek kontruktivistik sebagai adaptasi, konsep pada lingkungan, dan pembentukan makna. Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.

B.    Saran

Para pembaca disarankan untuk lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan teori belajar dan hungannya dengan kurikulum 2013, agar bertambahnya ilmu pengetahuan guna memperkaya khasanah materi pembelajaran di bidang pendidikan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA



Hamalik, Oemar. 2011. Dasasr-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2015. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdikarya

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Siregar, Evelin. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: PT Ghalia Indonesia.

Ikhsanudin, Eka. 2014. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
www.Ekaikhsanudin.net.kurikulum2013pendidikan.html
diunduh 01 Oktober 2015 Pukul 20.00 WIB



1 komentar: