Kamis, 30 Oktober 2014

Kutipan

Ada hal yang Aku takuti dalam hidup, yakni ketika Aku harus berhadapan dengan TUHAN.

Aku belum sempat membeli baju mahal beralamatkan distro untuk bertemu-Nya
Aku belum siapkan parfum apa yang nantinya aku semprotkan baunya
Aku belum tahu salon mana yang ku tuju untuk memperindah diri
Aku belum panaskan kendaraanku untuk menemui-Nya
Aku belum janjian dengan siapa nanti Aku diatar menemui-Nya
Aku juga belum minta ongkos pada orangtuaku ketika aku pergi bersama-Nya
Aku Aku Aku, ada banyak hal yang belum Aku siapkan. Wah gawat nih kira-kira Aku jadi gak yah bertemu dengan-Nya ???


Shubuh, 03 oktober 2014-10-04



Kita memegang kuat-kuat, kita menggenggamnya hingga akhirnya kita pula yang menghancurkannya.

Kita membutuhkan orang lain untuk membuat diri ini merasa utuh, sehingga saat orang lain meninggalkan kita, kita senyara nyata menjadi tidak utuh

Maka, kita bertahan. Mencoba untuk menjaga pasangan kita dari pikiran dan perelaku yang menurut kita dapat membahagiakan hubungan itu dan diri kita


Dan makin kita berusaha untuk memiliki pasangan kita, ia justru makin memberontak agar bisa bebas. Dan semakin berontak pasangan kita untuk bebas, maka semakin kuatlah genggaman kita. Lalu tak seorangpun menyadari apa yang sedang terjadi sampai hubungan itu berakhir ;’)

Minggu, 05 Oktober 2014

Ketika


Bersahabat dengan alam yang penuh dengan kehangatan
Bertemankan gelapnya langit yang semakin larut
Hembusan sayupan angin yang menusuk jantung
Beriramakan alunan nada melodi syahdu…

Kutatap langit…
Hanya ada satu bulan yang benerang namun tak sempurna
Ku cari kemana bintang diangkasa sana
Namun ia tak nampakan kerlap-kelipnya

Cahaya lampu yang benar-benar menyolok mata
Ku arahkan mata ku pada cahaya itu
Terlihat menyilaukan namun ku tersenyum
Tersenyum ?

Kenapa demikian ?
Aku merasakan cahaya lampu seperti dirimu
Terang penuh dengan kebaikan disaat gelap menjelma
Terang saat hadirnya dinantikan

Semakin menusuk hatiku merasakan heningnya malam ini
Hamparan rerumputan hijau terhidang didepan mata
Basah terbasuh oleh air hujan yang turun
Ku sentuh rerumputan itu dan kudapati basahnya jemariku

Malam yang indah Yaa Rabb…
Penuh dengan berkah- MU yang tak terlewatkan
Ku terhipnotis akan hangatnya malam gulita ini
Dan ku tuliskan dalam catatan harian ku…

Malam terasa dingin
Saat alunan nada berganti dan ku teteskan air mata
Entahlah apaa yang ku rasakan kini ?
Apakah aku menantikan hadirnya diri mu ?
                                                                                     

Bukan Aku


Aku bertanya pada ayah
yah kapan ibu pulang . . .?
kenapa lama sekali ibu meninggalkan kita. . .?
apakah ibu tak rindu dengan kita. . .?
         
          Ayah jawab tanyaku. . .
          pusara ayah penuh dengan rerumputan
          tapi ibu tak kunjung pulang
          aku takut sendirian ayah

Ayah jawab aku. . .ayaaaaah
sekian lama ku menantikan sosok ibu
namun ia tak kunjung terbangun sepertimu yah. . .
aku rindu keluarga kecil kita 

          Aku menangis saat kulihat seorang anak bersama keluarganya
          kapan aku seperti itu. . .???
          dalam dekapan seorang ibu dan ayah
          mengasihiku sepanjang hayat

Ayah. . . Ibu. . .
kapan bisa ku peluk kalian
aku menyayangi kalian
aku menangis tiap malam
agar Tuhan mau mengembalikan kalian kepangkuanku

Ternyata

Ketika hatiku nanti berpisah darimu
Ku harap aku takkan menangisi semua itu
Dan ku memohon supaya aku bisa cepat melupakan kamu
Dan membuang semua kenangan tentang kita

           Jika aku ingat manisnya tentang mu
           Mungkin aku akan terluka dan menjerit bisu
           Terlalu bahagia saat-saat aku dengan mu
           Hingga mungkin aku tak berdaya tuk melupakan kenangan kita

Cinta……
Kuharap semua dalam keadaan baik
Dan tak ada yang menyakiti dan tersakiti
Sampai kenangan itu terukir abadi penuh keindahan

                        Aku akan menangis jika kamu tersakiti oleh ku
                        Dan aku akan menjerit tersakiti jika kamu menyakitiku
                        Aku tak berharap cinta dan sayang mu hanya dibibir
                        Yang  menjadi momok paling menakutkan nanti

Mustahil pula jika kita akan selalu bersama
Mengarungi pedihnya kehidupan
Namun ku harap kita kan selalu bersama
Dalam indahnya kehidupan yang penuh dengan rasa sayang


     Hangatnya cinta mu membuatku nyaman didekapmu
     Dan manis senyummu membuatku sempurna melihatmu
     Segala yang kau punya ingin slalu jadi milikku
     Miliki cintamu seutuhnya dan miliki dirimu dalam dekapku

Semua akan indah pada waktunya

Seharusnya Kamu . . .


         Aku mengagumimu ataukah Aku terjebak dalam kekaguman hingga menjadikan Aku sosok pengagum yang lemah berbingkai dibalik kacaunya kata cinta ? ahh andai saja Kamu tahu apa yang Aku rasakan saat pertama melihatmu, melihat manisnya potongan senyummu, harumnya semerbak pengharum badanmu dan harumnya cinta yang engkau tebar pada tiap perempuan.

        Aku sudah berharap lebih kepadamu, namun Aku tak kunjung mengungkapkannya, yaa Aku terlalu cupu untuk berkata sepatah duakata denganmu. Melihatmu dari kejauhan bagiku itu adalah hal yang membuatku tersenyum berhari-hari, dengan cara itulah Aku bisa melihat keindahan cinta yang terpancar dibibir manismu.

        Aku pernah menjadi kawan dalam pesan singkatmu, Aku yang menghiasi dinding di timeline mu dan Aku pula yang pernah menghiasi malammu dengan berjuta kata-kata mutiara yang berdering dihandphone mu, bahkan kita pernah dekat sebagai kawan, dan ku rasa Kamu tahu apa yang sebenarnya ku rasakan padamu, ahh sial naas! Kau tahu Aku pernah membuat satu video, dan Kau tahu untuk siapa video manis itu, yaa untuk Kamu, hanya untuk Kamu, luapan rasaku terhadapmu yang tak mungkin untuk Aku ungkapkan!

       Mungkin ada banyak yang mengagumimu dan Aku adalah salah satunya, jarak antara kita sangat jauh dan tak mungkin tertembus oleh peluru apapun itu, Aku hanya bisa mengintipmu dari balik jendela kelas berwarna biru tatkala Kau di luar kelas sana, yaa Aku denganmu memang satu kelas namun apa daya, Aku tak mungkin mampu berucap bahwa Aku menyukaimu, dan Aku tak mungkin sanggup dengan jawaban yang nantinya Kau berikan untukku jika itu menyakitkan untuk didengar. Semua tak sesuai dengan harapan, Aku hanya jadi pengagummu dibalik layar yang sangat besar.

        Bisakah Kau bayangkan bagaimana rasanya jadi Aku yang setiap hari menahan rasa yang menggebu dihati ? dan bisakah Kamu membayangkan bagaimana caraku untuk bercakap-cakap denganmu ? yaa, Aku harus menguatkan seluruh jaringan sel-sel yang ada ditubuhku untuk sanggup berbicara denganmu dan menghapuskan ego untuk memilikimu
.
        Kau bahkan tak pernah peka akan semua yang ku rasakan, Kaupun tak pernah tahu bagaimana Aku selalu mengeluh-eluhkan namamu dihadapan kedua orangtuaku dan dihadapan banyak orang. Mungkin Kau anggap Aku gila, tapi ntahlah Aku begitu menggilai semuanya, tentangmu.

        Tak sedetikpun Aku alihkan perasaanku ke orang lain, meskipun Aku tahu Kau takkan merasakan hal yang sama, ku tahu Kau telah dengannya, ketika ku tahu hal itu, Aku tersenyum tipis namun Kau tahu ? seakan petir berada dijantungku, hatiku seakan menjerit dan ingin berkata, aaarrrgggh !!!

        Sering ku melihatmu memegang handphone dan tak ku tahu dari siapa pesan itu datang,  sesekali ku melihatmu tersenyum melihat pesan dihandphonemu. Aku memang tak memiliki ruang dihatimu, celah pun tidak. Rasanya terlalu berlebihan jika Aku yang menginginkanmu namun Kau tak pernah mau didekatku. Aku terlalu lelah mengejar cintaku yang bisu tanpa bisa ku ucap.

       Menangis yaa menangis, perempuan kadang menjadi mahluk yang paling lemah karena cinta, begitupun Aku, Aku menangisimu hanya karena Aku tak bisa menjamah hatimu untuku, Aku tak bisa merasakan betapa nikmatnya bercinta denganmu, dan Aku tak bisa mengecap manisnya pelukmu direlung hatiku.

       Apakah kau ingat Aku pernah membuatkanmu begitu banyak kata-kata yang indah menjadi bait cinta ? yaa puisi namanya, aku memberimu tulus dalam binder yang ku lukiskan gambar manis tentangmu dan ku titipkan pada seorang temanmu, hanya karena Aku tak ingit engkau mengetahui siapa pengirim binder itu.








Tangisan Tak Bersuara



         Ia menangis bukan karena tangannya teriris pisau, terjatuh dari lantai 3 atau pun kehilangan hewan kesayanganya, lantas ia menangis karna apa ? karna ia harus merasakan hilangnya kehidupan yang semestinya ia rasakan ketika hidup dahulu.
 
Dulu sebelum ia merasakan rintihan tak bersuara, ia adalah anak yang rajin, pintar dan supel dalam pergaulan hingga banyak sekali yang menyukainya dalam lingkungan, namun semua itu berubah ketika ada satu mimpi yang membuatnya sangat tertegun, mimpi apa ? yaa mimpi sesosok berjubah hitam menghampirinya dan menyuruhnya untuk menjadi sesosok hitam pula. Lantas mimpi itu membuatku berubah menjadi 360 derajat dalam kehidupanku, aku lebih senang hura-hura, menghabisakan waktu hanya untuk berkumpul dengan teman, menghabiskan sisa uang saku, belajar pun sekarang aku menjadi pemalas, aku menikmati menjadi sesosok hitam sekarang. Aku tak ingin menolak takdir yang telah diputuskan karna aku sekarang adalah sesosok hitam yang entah sampai kapan akan menjadi putih, bahkan aku tak ingin menjadi putih karna aku kotor dan bernoda. 

Lama menjadi sesosok hitam kini hidup ku sangat membosankan, aku berharap semua berhenti namun aku tak bisa menghentikan takdir, aku marah ke Tuhan kenapa hanya aku yang menjadi seperti dan mengapa bukan orang lain saja yang mengalaminya. Kehidupan misteriusku mulai terlihat, bayang-bayang yang aku temui, entah apa mau mereka dan apa yang mereka inginkan dalam diriku, mahluk itu, yaa makhluk itu terus menghantuiku, menemaniku dan terus mengganggu ku. Sesosok hitam itu ternyata menginginkan tubuhku yang lemah ini dan ia ingin membuat ku celaka, bayangan itu ingin aku lepaskan dalam hidup ku namun ia tak juga menghilang, ia terus ada disebelah ku bahkan tak pernah sedikit pun menjauh dalam jiwa ku. Bukan aku yang memintanya untuk datang menemani diriku namun lagi-lagi takdir yang mengutusnya untuk bersama ku. Ahhh !!! aku ingin keluar dalam lingkarang hitam ini dan aku ingin hitam itu tak lagi dalam bayangku.

Sesosok  hitam itu adalah Ayahku, yaa ayahku yang telah lama meninggalkan dunia untuk selamanya. Ia menghantuiku seakan tak ingin pergi dalam diriku, kenapa ia menghantuiku ? dulu aku adalah anak kesayanganya menjadi kebanggaan karena prestasiku yang gemilang dan semua berubah ketika aku memimpikan sosok jubah hitam yang menginginkan aku bersamanya. Lantas aku gelap mata dan mengahabiskan nyawa ayahku sendiri, Tuhan maafkanlah aku. Aku bukan psikopat dan aku juga bukan penjahat, aku begini karena takdirmu yang mengutusku, yaa takdir.

Mata ku tak kuasa untuk menahan kantuk yang teramat dalam setelah seharian menghabiskan waktu untuk hura-hura dengan duniaku sendiri, aku membanting badanku keatas kasur yang telah lama lusuh karena tidak dibereskan oleh pemiliknya, lantas ku memutar alunan lagu jazz kesukaanku sebut saja “Ghibli Jazz” mataku lembayu mendengar alunan yang menenangkan, yaa aku memang sangat membutuhkan ketenangan dalam hidupku. Musik pun terus berganti dan tetep membuatku merasakan kenyamanan yang sangat ku nikmati. Namun tiba-tiba jam kamarku berbunyi sendiri entah siapa yang memutarnya, lalu lampu dikamar menjadi redup dan tak karuan semua membuatku menghembuskan napas dengan payahnya, aku berkata “ahh apa lagi yang kau inginkan dalam diriku, aku kini sudah menjadi sosok hitam yang kau inginkan !!! inikan mau mu, semua sudah ku turuti !! sial tak ada jawaban yang ku dapati.

Ku putar kembali musik yang yang sempat tertunda hingga akhirnya aku tertidur pulas, ia kembali datang hingga membuatku sangat takut bahkan terkejut, mimpi itu datang kembali, yaa ia lagi-lagi menginginkan aku membangunkan sosok hitam yang pertama dalam mimpiku terdahulu, sesosok wanita yang sangat ia cintainya yang telah tewas mengenaskan dalam balutan luka yang sangat mengerikan, menjijikan bahkan sangat tidak wajar, tak berbusana dan ditemukan bercak dan goresan luka disekujur tubuhnya. Yaa wanita itu adalah ibuku yang tewas entah dengan siapa ia dibunuh. Padahal suasana rumah saat itu sedang kosong, namun aku mencurigai ayahkulah yang membunuhnya, yaa ia seorang pembunuh, ayahku seorang pembunuh !!!

“Mimpi itu lagi ah sial” ucapku sambil meneguk segelas air putih sesaat setelah ku terbangun dari mimpi. Dalam lamunan setelah bermimpi aku berkhayal, andaikan ayahku bukanlah seorang pembunuh ibuku dulu, mungkin kami akan hidup rukun seperti keluarga yang lain dan aku tidak akan diganggu oleh mimpi yang sangat bodoh ini. Merasakan terganggunya hidup dan tidak pernah merasakan tenangnya hidup dalam duabelas tahun terakhir. Hantu ayahku bergentayangan dalam benakku dan hantu ibuku seperti menangis namun tidak kencang hanyak sesekali ku dengar isak tangisnya. Aku kasihan terhadap mereka namun lagi-lagi takdir yang sudah menggariskan seperti itu, aku tak ingin menyalahi takdir yang sudah tertuang dalam lauhful mahfuz Tuhan. Dalam duabelas tahun terakhir pun aku harus hidup dengan keadaaan runah yang seperti hutan belantara tak terurus bahkan orang melihatnya saja seperti enggan untuk menengoknya apalagi untuk memasukinya, mereka pasti akan menjerit dan pingsan seketika ketika melihat semua keadaan rumahku, namun aku merasa nyaman dengan keadaan seperti itu, karena dengan itulah aku bisa berjumpa dengan sosok-sosok hitam dalam hidupku yang tak lain tak bukan adalah orangtuaku sendiri.

Waktu terus berputar dan siang berganti malam, hingga akhirnya aku merasa gerah akan semua yang ku alami dan ingin ku membereskan semuanya namun aku sendiri tak berdaya, rasa sedihku menyelimuti ketika malam itu, sayupnya  suara musik membuatku semakin keras untuk menjerit dalam suasana yang sangat gelap. Ada banyak lembaran kertas lusuh yang sudah ku coret dan ku buang sembarangan didalam kamar yang tak terurus, kertas yang menemani kesendirian ketika aku merindukan sosok-sosok yang ingin ku hadirkan dalam hidupku, aku tak butuh seorang ibu, bahkan aku sangat tak membutuhkan seorang ayah dalam kehidupanku karena ia hanya membuat luka dalam hati dan membuat semuanya hancur, yang aku butuhkan adalah sosok Tuhan yang mau menemaniku dalam setiap ketakutanku akan kedua orangtua yang terus menghantuiku.

            Terdengar suara tangis yang terisak-isak dari lantai dasar rumahku, sambil ku turun kelantai dasar ku temui lantai yang berserak penuh dengan air mata, yaa air mata darah sesekali terlihat olehku, tentu saja itu ibuku yang menangis kedinginan ingin aku bersamanya, ia ingin aku bermain bersamanya, mengepang rambutku menjadi dua bagian seperti dulu, ia ingin membekaliku makanan sesaat sebelum aku berangkat kesekolah. Ibu ku menangis… aku pun tak dapat membendung air mataku yang jatuh satu-persatu dari wajahku. Kasih ibuku sangatlah tulus, ia mencintaiku lebih dari ia mencintai ayahku yang sesosok liar dengan dunia kebebasannya dengan seribu semerbak wangi parfum dengan wanita lain !!!

            Bulan tampakkan sinarnya, kini aku menjadi sosok yang sangat ditakuti oleh banyak kawanku, aku pun mulai menjauh dari mereka, tak ada lagi yang mau kenal denganku karena keanehan dan sosok yang menutup diri dalam diriku. Sudahlaah biarkan ini semua terjadi, toh ini kan takdir Tuhan yang tak ingin aku rubah dalam hidupku. Biarkan semua berjalan dengan sangat manis dan tak ku biarkan orang lain merubah kehidupanku. Gelapnya langit membuatku  berharap akan hadirnya bintang yang menggantung disana, melukiskan segala kekhawatiranku akan hilangnya sosok yang dulu pernah aku sayangi, namun kini semua telah pergi. Jemari-jemariku yang lentik ingin ku ukir semua cerita yang ku alamai dalam sepinya hati tanpa kesih sayang balutan cinta orangtua. Ahh aku menjatuhkan air mata, apakah aku rapuh ? ataukah aku mulai menjadi sosok yang kemayu ? kurasa tidak !

            Pagi ini langit tampak tak bersahabat, ia menyembunyikan sinarnya dan berganti dengan rintihan hujan yang teramat deras. Begitu pula dengan suara tangisan yang tak ku dengar seharian ini, ku cari namun tak juga ku dapati tangisan itu, kemana ia kemana ibuku yang kemarin, apakah ia mulai lelah bersamaku ataukah Tuhan telah mentakdirkan untuk ia tak lagi mengganggu ku ? kemana ibuku kemana ?! lantas ku menangis dalam amarah yang menggebu-gebu, aku tersungkur terjatuh dan akhirnya ku baraingkan diri keatas kasur yang menjadi satu-satunya tumpuan hidupku selama ini. Tuhan aku mulai lelah dan kini tangisan itu mulai menghilang dalam hari-hari ku, apakah engkau tak lagi sayang denganku, apakah engkau tak lagi mengirimkan sosok itu padaku Tuhan ? ahhh ada banyak pertanyaan mengapa dan kenapa dalam benakku terhadapmu Tuhan.