Minggu, 05 Oktober 2014

Tangisan Tak Bersuara



         Ia menangis bukan karena tangannya teriris pisau, terjatuh dari lantai 3 atau pun kehilangan hewan kesayanganya, lantas ia menangis karna apa ? karna ia harus merasakan hilangnya kehidupan yang semestinya ia rasakan ketika hidup dahulu.
 
Dulu sebelum ia merasakan rintihan tak bersuara, ia adalah anak yang rajin, pintar dan supel dalam pergaulan hingga banyak sekali yang menyukainya dalam lingkungan, namun semua itu berubah ketika ada satu mimpi yang membuatnya sangat tertegun, mimpi apa ? yaa mimpi sesosok berjubah hitam menghampirinya dan menyuruhnya untuk menjadi sesosok hitam pula. Lantas mimpi itu membuatku berubah menjadi 360 derajat dalam kehidupanku, aku lebih senang hura-hura, menghabisakan waktu hanya untuk berkumpul dengan teman, menghabiskan sisa uang saku, belajar pun sekarang aku menjadi pemalas, aku menikmati menjadi sesosok hitam sekarang. Aku tak ingin menolak takdir yang telah diputuskan karna aku sekarang adalah sesosok hitam yang entah sampai kapan akan menjadi putih, bahkan aku tak ingin menjadi putih karna aku kotor dan bernoda. 

Lama menjadi sesosok hitam kini hidup ku sangat membosankan, aku berharap semua berhenti namun aku tak bisa menghentikan takdir, aku marah ke Tuhan kenapa hanya aku yang menjadi seperti dan mengapa bukan orang lain saja yang mengalaminya. Kehidupan misteriusku mulai terlihat, bayang-bayang yang aku temui, entah apa mau mereka dan apa yang mereka inginkan dalam diriku, mahluk itu, yaa makhluk itu terus menghantuiku, menemaniku dan terus mengganggu ku. Sesosok hitam itu ternyata menginginkan tubuhku yang lemah ini dan ia ingin membuat ku celaka, bayangan itu ingin aku lepaskan dalam hidup ku namun ia tak juga menghilang, ia terus ada disebelah ku bahkan tak pernah sedikit pun menjauh dalam jiwa ku. Bukan aku yang memintanya untuk datang menemani diriku namun lagi-lagi takdir yang mengutusnya untuk bersama ku. Ahhh !!! aku ingin keluar dalam lingkarang hitam ini dan aku ingin hitam itu tak lagi dalam bayangku.

Sesosok  hitam itu adalah Ayahku, yaa ayahku yang telah lama meninggalkan dunia untuk selamanya. Ia menghantuiku seakan tak ingin pergi dalam diriku, kenapa ia menghantuiku ? dulu aku adalah anak kesayanganya menjadi kebanggaan karena prestasiku yang gemilang dan semua berubah ketika aku memimpikan sosok jubah hitam yang menginginkan aku bersamanya. Lantas aku gelap mata dan mengahabiskan nyawa ayahku sendiri, Tuhan maafkanlah aku. Aku bukan psikopat dan aku juga bukan penjahat, aku begini karena takdirmu yang mengutusku, yaa takdir.

Mata ku tak kuasa untuk menahan kantuk yang teramat dalam setelah seharian menghabiskan waktu untuk hura-hura dengan duniaku sendiri, aku membanting badanku keatas kasur yang telah lama lusuh karena tidak dibereskan oleh pemiliknya, lantas ku memutar alunan lagu jazz kesukaanku sebut saja “Ghibli Jazz” mataku lembayu mendengar alunan yang menenangkan, yaa aku memang sangat membutuhkan ketenangan dalam hidupku. Musik pun terus berganti dan tetep membuatku merasakan kenyamanan yang sangat ku nikmati. Namun tiba-tiba jam kamarku berbunyi sendiri entah siapa yang memutarnya, lalu lampu dikamar menjadi redup dan tak karuan semua membuatku menghembuskan napas dengan payahnya, aku berkata “ahh apa lagi yang kau inginkan dalam diriku, aku kini sudah menjadi sosok hitam yang kau inginkan !!! inikan mau mu, semua sudah ku turuti !! sial tak ada jawaban yang ku dapati.

Ku putar kembali musik yang yang sempat tertunda hingga akhirnya aku tertidur pulas, ia kembali datang hingga membuatku sangat takut bahkan terkejut, mimpi itu datang kembali, yaa ia lagi-lagi menginginkan aku membangunkan sosok hitam yang pertama dalam mimpiku terdahulu, sesosok wanita yang sangat ia cintainya yang telah tewas mengenaskan dalam balutan luka yang sangat mengerikan, menjijikan bahkan sangat tidak wajar, tak berbusana dan ditemukan bercak dan goresan luka disekujur tubuhnya. Yaa wanita itu adalah ibuku yang tewas entah dengan siapa ia dibunuh. Padahal suasana rumah saat itu sedang kosong, namun aku mencurigai ayahkulah yang membunuhnya, yaa ia seorang pembunuh, ayahku seorang pembunuh !!!

“Mimpi itu lagi ah sial” ucapku sambil meneguk segelas air putih sesaat setelah ku terbangun dari mimpi. Dalam lamunan setelah bermimpi aku berkhayal, andaikan ayahku bukanlah seorang pembunuh ibuku dulu, mungkin kami akan hidup rukun seperti keluarga yang lain dan aku tidak akan diganggu oleh mimpi yang sangat bodoh ini. Merasakan terganggunya hidup dan tidak pernah merasakan tenangnya hidup dalam duabelas tahun terakhir. Hantu ayahku bergentayangan dalam benakku dan hantu ibuku seperti menangis namun tidak kencang hanyak sesekali ku dengar isak tangisnya. Aku kasihan terhadap mereka namun lagi-lagi takdir yang sudah menggariskan seperti itu, aku tak ingin menyalahi takdir yang sudah tertuang dalam lauhful mahfuz Tuhan. Dalam duabelas tahun terakhir pun aku harus hidup dengan keadaaan runah yang seperti hutan belantara tak terurus bahkan orang melihatnya saja seperti enggan untuk menengoknya apalagi untuk memasukinya, mereka pasti akan menjerit dan pingsan seketika ketika melihat semua keadaan rumahku, namun aku merasa nyaman dengan keadaan seperti itu, karena dengan itulah aku bisa berjumpa dengan sosok-sosok hitam dalam hidupku yang tak lain tak bukan adalah orangtuaku sendiri.

Waktu terus berputar dan siang berganti malam, hingga akhirnya aku merasa gerah akan semua yang ku alami dan ingin ku membereskan semuanya namun aku sendiri tak berdaya, rasa sedihku menyelimuti ketika malam itu, sayupnya  suara musik membuatku semakin keras untuk menjerit dalam suasana yang sangat gelap. Ada banyak lembaran kertas lusuh yang sudah ku coret dan ku buang sembarangan didalam kamar yang tak terurus, kertas yang menemani kesendirian ketika aku merindukan sosok-sosok yang ingin ku hadirkan dalam hidupku, aku tak butuh seorang ibu, bahkan aku sangat tak membutuhkan seorang ayah dalam kehidupanku karena ia hanya membuat luka dalam hati dan membuat semuanya hancur, yang aku butuhkan adalah sosok Tuhan yang mau menemaniku dalam setiap ketakutanku akan kedua orangtua yang terus menghantuiku.

            Terdengar suara tangis yang terisak-isak dari lantai dasar rumahku, sambil ku turun kelantai dasar ku temui lantai yang berserak penuh dengan air mata, yaa air mata darah sesekali terlihat olehku, tentu saja itu ibuku yang menangis kedinginan ingin aku bersamanya, ia ingin aku bermain bersamanya, mengepang rambutku menjadi dua bagian seperti dulu, ia ingin membekaliku makanan sesaat sebelum aku berangkat kesekolah. Ibu ku menangis… aku pun tak dapat membendung air mataku yang jatuh satu-persatu dari wajahku. Kasih ibuku sangatlah tulus, ia mencintaiku lebih dari ia mencintai ayahku yang sesosok liar dengan dunia kebebasannya dengan seribu semerbak wangi parfum dengan wanita lain !!!

            Bulan tampakkan sinarnya, kini aku menjadi sosok yang sangat ditakuti oleh banyak kawanku, aku pun mulai menjauh dari mereka, tak ada lagi yang mau kenal denganku karena keanehan dan sosok yang menutup diri dalam diriku. Sudahlaah biarkan ini semua terjadi, toh ini kan takdir Tuhan yang tak ingin aku rubah dalam hidupku. Biarkan semua berjalan dengan sangat manis dan tak ku biarkan orang lain merubah kehidupanku. Gelapnya langit membuatku  berharap akan hadirnya bintang yang menggantung disana, melukiskan segala kekhawatiranku akan hilangnya sosok yang dulu pernah aku sayangi, namun kini semua telah pergi. Jemari-jemariku yang lentik ingin ku ukir semua cerita yang ku alamai dalam sepinya hati tanpa kesih sayang balutan cinta orangtua. Ahh aku menjatuhkan air mata, apakah aku rapuh ? ataukah aku mulai menjadi sosok yang kemayu ? kurasa tidak !

            Pagi ini langit tampak tak bersahabat, ia menyembunyikan sinarnya dan berganti dengan rintihan hujan yang teramat deras. Begitu pula dengan suara tangisan yang tak ku dengar seharian ini, ku cari namun tak juga ku dapati tangisan itu, kemana ia kemana ibuku yang kemarin, apakah ia mulai lelah bersamaku ataukah Tuhan telah mentakdirkan untuk ia tak lagi mengganggu ku ? kemana ibuku kemana ?! lantas ku menangis dalam amarah yang menggebu-gebu, aku tersungkur terjatuh dan akhirnya ku baraingkan diri keatas kasur yang menjadi satu-satunya tumpuan hidupku selama ini. Tuhan aku mulai lelah dan kini tangisan itu mulai menghilang dalam hari-hari ku, apakah engkau tak lagi sayang denganku, apakah engkau tak lagi mengirimkan sosok itu padaku Tuhan ? ahhh ada banyak pertanyaan mengapa dan kenapa dalam benakku terhadapmu Tuhan.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar