Kamis, 10 November 2016

Sepenggal Garis Waktu – Fiersa Besari


Adalah malam yang membuat pagi belajar bersinar. Adalah hening yang membuat bising belajar mendengar. Adalah luka yang membuat sehat belajar bersyukur. Adalah patah hati yang membuat jatuh hati belajar mendarat. Adalah kau yang membuat aku belajar menjadi aku. Dan adalah kau yang membuatku jatuh hati yang kedua. Ini tidak mudah.

Dan, di sinilah aku memutuskan untuk berterus-terang menganai yang terpendam selama ini. apapun reaksimu, aku sudah siap. Aku lelah bersembunyi memikirkanmu. Mungkin kau pun sudah lelah pura-pura tidak tahu kalau aku memang memikirkanmu.

Mereka menyukaimu karena ketampananmu. Aku menyukaimu karena pemikiranmu dan tatapan matamu yang kubil. Berbincang sambil bertatapan selalu lebih baik. Mereka membencimu karena kau berbeda. Aku akan membencimu jika kau berusaha untuk menyeragamkan dirimu. Kau unik.

Mereka mengejarmu mati-matian. Aku berusaha berjalan di sebelahmu. Bagaimana bisa berpengan tangan kalau tidak bersampingan? Mereka kesal karena kau terlalu sibuk. Aku senang kau mengejar mimpimu. Karena mimpi adalah segalanya. Mereka berdoa agar bisa bersamamu. Aku berdoa agar kau selalu bahagia. Dan doaku selanjutnya adalah: semoga aku ada di dalam skema kebahagiaanmu.

Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu. Tidak mahir berkata, tapi tahu cara mendoakan. Tidak mahir melawak, tapi tahu cara membuatmu bahagia. Aku tidak tahu di mana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas.

Jika telah tiba, genggam erat. Sesuatu yang istimewa tidak datang dua kali. Tapi, jika genggaman itu lepas jangan larut dalam linangan air mata. Alloh punya rencana yang lebih maha.

Coba sesekali simpan gengsimu, akan luar biasa menyenangkan untuk bisa mengucapkan apa yang ingin kau ungkapkan. Sebuah dialog akan lebih mendewasakan dibandingkan pemainan kode. Huaaaaaaah yeah! #bukukece #fiersabesari #gariswaktu #belionline

Senin, 07 November 2016

Doadoadoa

Kuperhatikan semakin jauh, pantaskahku. Kekasih apa bila kau ampuni maka hanya engkaulah yang pengampun.

Siang ini ditemani segelas es susu cokelat yang menyegarkan dahaga, perih, juga hati. Lebih manis dari biasanya, dengan khidmat kuseruput penuh harap. Kudoakan, semoga kuhapus dirimu dari hadapku, kau tidak di hadapku, tapi bayangmu terus menggoda pikiranku.

Alunan melodi ini sangat syahdu, tak bisa kuutarakan padamu. Aku? Aku hanya menunggu apa yang harusnya kau ucapkan. Karena, aku perempuan yang sama seperti perempuan lain. Menunggu. Cinta bersabarlah. Letto.

Banyak puisi yang kau sembunyikan, tak kutemukan di mata yang lain. Hanya dirimu yang menggetar naluri untuk yang kedua kali. Kita memang tidak saling akrab, tidak dekat, juga tidak berani akan rasa masingmasing. Kita hanya membuka obrolan penuh tekateki, jika diartikan aku tidak ingin ke-ge-er-an. Tugasku hanya meladeni chat itu. Ah wedeeehaha.


Katanya mencari jodoh itu ada di empat tempat, dan salah satunya di pemakaman. Kutemui dirimu di pemakaman. Apakah kita? Eciee nyesss wkwkw. Semoga doadoa itu terijabah. Aamiin

Minggu, 23 Oktober 2016

Doa Susu Jahe


“Nak, biarkan susu itu manis seperti adanya, jangan kau tambahkan rasa hangat atau getir. Pasti berbeda rasanya” Mas Purno menepuk bahu kananku. “Tapi memang begitu seharusnya, Mas” timpalku melirik tajam.

Dari dulu Mas Purno memang tidak suka dengan bau hangat dan getir dari racikan minuman yang kubuat. Ia selalu mengatakan bahwa itu adalah minuman sampah, yang hanya dibuat oleh tangan-tangan kecil sepertiku. Katanya.
          
          Mas Pur kupanggilnya. Ia kakak tertua dari delapan bersaudara. Pekerjaannya hanya memantau keadaan pasar yang ia kelola. Semua warga pasar sangat merunduk. Ia memiliki kuasa di kawasannya. Sekalinya ia mengedikkan badan, semua akan terdiam.

            Masku sangat sayang pada perempuan yang melahirkannya, sampai ketika ayahku wafat Mas Pur tidak pulang ke rumah. Katanya jika pulang ke rumah menandakan air mata yang berjatuhan. Ia lebih memilih mengamankan pasar dan menghilangkan kesedihannya. Ia membunuh sopir angkot yang menabrak ayahku. Polisi berdatangan, tangan Mas pur diborgol. Dua tahun ia mendekap di jeruji besi.


Cerita ini belum usai, sebab terhalang ide dan inspirasi yang mandek wkwkwkwkw


Disemogaken ya Ndoo

Selamat untuk yang sudah kau gapai, kelak kukan merindukan dirimu yang dulu. Selamat untuk yang diselamatkan. Selamat, karena kau sudah bisa berkreasi dengan inginmu, aku? Aku pun sudah. Sama. Sama menunggu.

Banyak perempuan cantik yang sudah istiqomah dengan dirinya, terlihat lebih menawan dengan balutan persegi di kepalnya. Kusuka, tapi apakah kau sukaku? Ah, aku masih belum istiqomah dengan itu semua, aku masih dengan apa yang diriku miliki, aku masih dengan sifat jelekku, sikap tercelaku, dan masih dengan rasa yang sama padamu, meski kau tidak padaku! Terima kasih, ternyata lelah mengharap yang kumau. Ah…

Tuan, apa yang sudah kau buat sungguh menakjubkan, kau jadi dirimu sendiri, dengan kemampuan yang kau punya, tidak lupa itu adalah pemberian Alloh-mu. Berdoalah. Semoga ijabah.

Aku dengan doa yang kupuya, hanya bisa mendoakan. Apa yang bisa kuperbuat selain itu? Tidak, aku tidak bisa apapa selain mengetik cerita ini. Sudahlah kuakhiri saja, sebab tidak baik terus mengharap pada manusia, apalagi yang belum pasti. Hanya Alloh-lah yang pasti. Yakin.



Oktober duadua

Selasa, 11 Oktober 2016

Kudoaken



Selamat jam sepuluh lewat empatlima. Sudah siang, sudah saatnya kamu jatuh cinta ke aku. Nahloh kok gitu? Iya, sebab kamu sudah mau membaca goresanku hari ini. Selamat siang, kamu yang penyayang tapi sulit disayang, maunya ingin disayangsayang. Holaaa sayang~ hahaha

Pernah kepikiran gak kalau orang tuamu sudah susah payah bekerja keras untukmu? Sudahkah bersyukur siang ini bahwa mereka masih ada untukmu? Sudah?! Ntah kenapa hari ini merindu orang rumah, padahal baru beberapa jam pergi dari rumah, rasanya pengen terus ada di rumah.

Perempuan cantik yang tidak kenal lelah mengurus semua kebutuhan dan keperluan anakanaknya, suaminya, dan dirinya. Perempuan yang apa adanya, manis, yang kalau ketawa pasti matanya kelihatan seperti orang merem. Salam sayang Ibuku tersayang. Aku terharu dengan lelahmu pagi ini.

Ketika kusakit merekalah yang mendekapku dengan hangat. Pukul sebelas kalong mereka membawaku ke sebuah klinik dekat rumah. Dengan kekhawatiran yang memuncak. Aku lemah, terkulai rapuh karena aktivitas yang padat menjatuhkanku. Seharusnya aku sadar bahwa aku sudah besar, sudah bisa menjaga diri, juga menjaga hati, ah. Tapi, aku lalai dengan tubuhku sendiri, tidak jaga sehatnya. Maafkan aku.

Kata Nenek “kalau anak, cucu, atau keluarga ada yang sakit pasti orang tua ikut kepikiran” gak enak ini itu.

Empat hari melemah dalam ranjang yang memanja, dikuatkan bubur yang manis, dengan butiran kapsul yang tiap empat jam harus kunikmati, dengan makan yang tidak boleh pilih ini itu, tapi harus mau! Kuistirahatkan diri dengan pikiran tenang, damai, dan menjatuhkan diri sejatuhjatuhnya.

Terima kasih untuk kasih yang tidak pernah putus, sebab Pola masih sangat membutuhkan sayang yang kalian berikan, kini dan nanti. Jangan menjauh dari peluk, sebab Pola akan sangat tidak tahu jadi apa kelak jika tanpa yang seharusnya. Pola sayang kalian. Kelak kalau Pola punya seseorang yang mendampingi, akan Pola ajak ia mencintai kalian. Sama seperti ia mencintai orang tuanya sendiri. Dialah imamku.

Doakan Pola mendapatkan yang terbaik pilihan Alloh, juga pilihan kalian. Sebab doa kalianlah yang ijabah (nahlooh ini kok jadi bahas jodoh ya hahaha) Semoga yang disemogakan. Dialah dialah dan dialah mausianya. Aamiin Allohumma Aamiin.



Oktober sepuluh enambelas

Sabtu, 01 Oktober 2016

Pucuk September

Penghujung September, aku puas dengan apa yang sudah digores September. Tengkyu September semuanya berkesan. Terlebih untuk keluarga tercintaaah yang gak ada duanya, untuk semua kado yang luar biasa, dan untuk kenangan yang tidak bisa terulang kembali. Babay September…

Kelak, jika aku masih bersama September kan kuukir ribuan senyum membekas mengenangku. Hingga mereka tahu bahwa pemilik September adalah perempuan biasa saja yang bisanya hanya memberi kenang. Ntah apa yang harus kuucapkan, sebab esok adalah akhir dari September. Jangan merindu September, karena kalau kau merindunya sama saja kau merinduku *tsaaah

Ada banyak kisah yang harus kuutarakan dalam bulan ini, salah satunya duadelapan September bersama dua manusia yang tidak tahu waktu. Petang, cahaya, malam, hujan, dan lepek. Masih semangat untuk mengayuh pedal, berkeliling kota sembari menghirup nikmatnya menjadi pemilik malam.

Mereka, manusia yang teramat tangguh, butiran hujan dilawannya dengan gerakan tangan yang menyapu wajahnya. Menurunkan lengan agar tidak kedinginan, sebab, angin malam merengkuh tubuh teramat erat. Hingga dada tertegun untuk mengulang dahak. Pertanda malam bertambah liar.

Ada banyak keceriaan yang terpaut pada raut yang kelelahan. Lelah berubah canda, canda berubah tawa, tawa menjadi teriakan, dan akhirnya ada kepuasan tersendiri pada malam itu. Menandakan ada kebebasan yang terlampaui.

Ketika teriakan di jalan raya gak malu, tapi pas sampai di perkampungan kok kayak ngerasa risih yak. Takut dianggap bocah nekad gegara main ujanujanan tengah malam wahahaha. Sumfeeeh malu banget jadi cengarcengir sendiri. Sampai bilang ‘eh kok gw malu yak’ ntahlah~

Kayuh terus, makan lagi, kumpul mulu, dan akhirnya pulang ke rumah. Duhai September yang membolakbalikan sejuta kenang, terima kasih untuk hari yang bertabur keberkahan. Akhir September semoga esok kan kembali. Dengan yang sama. (Sarah Ananda Putri - Malik Daruqutni)

Selasa, 27 September 2016

Elegi se-Bulan-an

Selamat duatujuhduaenambelas. Bulan September, baru ini ngisi materi blog, hah lama gak ngetik, lama gak kumpul, lama gak temu kamu. Iya kamu yag merinduku. Selamat jam sepuluh nolnol.

Pagi ini, melooo banget pas lihat upload-an temen yang lagi merindu kebersamaan, ngenang sih tapi mau bilang apa. Cuma bisa liatin foto yang ada sambil bilang “Kak Lai, semangat menyibukan diri semoga kita bertemu dalam kolase yang sama” matahari sepenggal naik ke pelupuk mata, semangat mencari barokahNya.

Kita samasama menyibukan diri, kerja diri, memperbaiki diri, bahkan bangun sendiri, yaa iyalah bangun sendiri kan belum ada yang ngebangunin *eaaahaha. Iya kita lagi samasama memperbaiki diri menjadi manusia pendidik yang amanah! Aamiin.  Kak Lai, kalau punya waktu temui Pola ya. Pola nunggu kak Lai di jam Pasar Lama, pas kita beli bungabungaan plastik yang biasa aja tapi harganya selangit haha, gak apapa lah yak, kan ngebantu buibu itu. Pola tunggu ya kegokilan dan keseruan ngegembel bareng, lagi!

Tau gak? Pasti gak tau kan! Sini Pola kasih tahu (sambil bisik) Pola ngetik catatan ini di meja kerja sambil gosok ingus dan bolakbalik ke kamar mandi haha, ntah tibatiba jadi muncak pengen ketemu kalian. Kalian yang dari tingkat satu  nemenin Pola, susah samasama, bingung, pusing, ngeledekin, bahkan belajar bareng pulang malam biar kayak orang bener, padahal mah nanti di kelas kebingungan lagi *tepok jidad*

Kita emang gak terlalu dekat, tapi kok jadi kayak kehilangan ya? Padahal baru sebulan gak temu, itu pun gak temu karena sibuk memperbaiki diri. Yaa, kita harus terbiasa untuk jauh. Mungkin, jarak tentang kita! Kak Lai, Pola malu nangis depan komputer nih. Haha~

Mungkin Pola banyak salah sama kalian, nyakitin kalian dengan tingkah Pola, katakata Pola, bahkan bercandaan Pola yang cenderung pedes kek lidilidian di kantin pop ice. Maafkan kekhilafan Pola yang lugu ini, Pola mau sekarang jadi anak baebae di depan kak Lai, iya cuma di depan kak Lai, kalau di belakang mah Pola apa adanya aja dah ya. Perempuan obrakabrik.

Biarin orang lain mau berkata Pola aneh atau apalah-apalah, yang penting Pola senang dengan apa yang Pola lakuin, terlebih lagi apa yang Pola lakuin membawa manfaat buat banyak orang. Semoga kegembelan kita menjadi cerita manis di masa depan *sambil muter lagu SO7 – Sebuah kisah klasik*

Ngegembel mana yang paling berkesan ketika bareng Pola? Jawab di komenan yak haha. Akhirnya kita punya cerita ngegembel, itu berarti Pola pernah berkesan di hati kalian, meskipun belum memberikan yang terbaik. Yaa tau sendirilah ya, Pola kan orangnya demen banget ngegembel demi mendapatkan sesuatu yang murah tapi menyayat ati *tsaaah ngerendah, tapi emang bener sih wkwkw

Kak Lai udah dulu ya, laper nih pengen minum. Nahloh kan laper kok minum? Laah kan ngemat, biar berat badannya gak naik drastis. Mending Pola mah minum doang, lah kak Lai makan mulu tapi turun drastis, makanya kak Lai jangan ngebatin, tuh kan jadi kurus. Yaudah ya kak Lai, salam buat koordinator tim artistik terbaik Pola, salam juga buat Ntin dan Ntun yang Pola rindukan. Jaga baebae sehat kalian semua, InsyaAlloh Pola juga sehat meskipun cenderung rapuh. Dudududu~



Tertanda orang yang tidak manis tapi kelebihan senyum manis. Pol J

Selasa, 02 Agustus 2016

Dua Agustus Yang Pergi

Lagi, kami harus mengikhlaskan apa yang pergi. Bukan hanya sekali, tapi berkalikali. Mungkin Alloh punya rencana indah untuk kami. Kami tahu, semua berputar. Pasti. Selamat jalan untuk yang terkenang. Mungkin jika kau bisa berbicara, kau akan berkata. Kenapa kalian melepas aku? mungkin.

            Terima kasih untuk bapak tersayangku, sudah mau mengikhlaskan ini semua terjadi. Semoga hujan yang mengguyur memberimu kekuatan, bahwa semua memang sudah waktunya. Terima kasih sudah ikhlas, meskipun kutahu bahwa hati kecilmu memikirkan ini semua. Kau bapak terbaik dan kuat untuk semuanya. Terima kasih sudah bertahan untukku, untuk ibuku, dan untuk adikku. Terima kasih Pak Nata Sugandi, Pola sayang bapak.

            Untuk perempuan yang menguatkan, terima kasih sudah mau mengusahakan ini semua terjadi. Menguatkan bapakku yang awalnya ragu, mungkin ini memang sudah jalannya. Berkah semoga berkah, hujan terima kasih sudah menyejukkan hati manusia di rumah pojokan ini. Alloh, kami percaya bahwa hujan ini keberkahan yang berlipat ganda untuk ke depannya. Subhanalloh.

            Kutahu apa yang sudah pergi tidak akan kembali lagi, kalaupun kembali mungkin akan berubah, sekecil apapun pasti perubahan ada. Kami ikhlas, meskipun malam ini kami harus tawa termehekmehek karena kepergiannya. Ntah, semua rasa campur aduk menjadi satu. Senang, sedih, khawatir, takut, buyar, dan mengenang. Ikhlaskan, ikhlaskan, dan ikhlaskan. InsyaAlloh kami usahakan.

            Terima kasih untuk beberapa tahun sudah bersama kami, bersama keluarga besar Nata Sugandi, Ibu Manih, adik Zakky Ansori, dan aku Pola Malinda. Terima kasih sudah mau mengantarkan kami pergi kemanapun yang kau bisa. Semoga ada penggantimu yang lebih baik. Daaaaaaah toscaredku. Aku mengenangmu.
Agustus, kau luar biasa. Baru saja di awal. Semoga akhirmu mengesankan.

Ketika hujan di dua Agustus

Duasatu lewat delapan

Dalam Doa

Bismillahirrohmanirrohim…..
Semangat Jum’at menjelang siang, mau kemana weekend ini? Bobok cakep aja kali yaa…

Doa bertabur anter kadang tangis terdengar
Aku pun ikut tersedu sedan
Akhirnya aku usai juga
Oh, kini aku lengkap sudah
Begitulah cuplikan lirik dari band terbaik anak negeri, ERK.


Kalau berbicara kematian pasti tidak akan ada habisnya, tumbuhan, hewan, bahkan manusia pasti akan mati. Kalau aku meninggal nanti datang ya kepusaraku. Titipkan doa terbaikmu ke Alloh untukku. Hah, padahal aku belum ada persiapan,  kalaupun mendadak itu berarti memang sudah jalanNya. Semua sudah tertulis rapih di Lauhful Mahfuz. Allohuakbar.

Kumaluku


Aku malu jika harus mengemis padamu
Malu, jika engkau menolakku dan menjatuhkanku
Malu, jika inginku tidak terkabul
Malu, jika hidupku tanpamu
Malu, jika aku tidak berarah
Tapi, aku lebih malu jika tidak pandai bersyukur, padaMu.

Alloh menghidupkan mahluk di muka bumi
Menyapanya dengan nikmat yang berlimpah
Diberinya harapan untuk nafas yang berhembus
Menyadarkan di sepertiga malam
Untukmu, untuk mengingatNya.


Agustus Satu, 2016.

Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi II)

Masuklah adegan pertama, seorang laki-laki yang baru saja pulang dari ladang dengan tangan terluka akibat ilalang yang tajam, sambil teriak laki-laki itu memanggil istrinya yang cantik, muda, dan sangat ia sayangi. Istrinya bernama Barabah (Hanipah Nazua) pemeran utama. Singkat cerita, datanglah seorang perempuan muda yang membuat hati Barabah panas, dialah Zaitun (Febry Sukma Afriyanti) diiringi oleh pengawalnya yang berbadan besar dan kekar, tapi dengan gaya yang kemayu dialah Pengawal (Fajri Wahyu Illahi). 

Di pertengahan adegan ada seorang perempuan cantik, dialah Maryati (Fatimatu Zahra) mantan istri dari Banio yang berpaling hati ke seorang lelaki Belanda yang tampan dan bertubuh putih, dialah Meneer (Mutia Aprianti). Banyak yang tidak seharusnya dalam naskah ini, pemeran perempuan berganti menjadi laki-laki, begitu sebaliknya. Karena sutradara meyakini, bahwa kamu adalah tuhan untuk tokoh yang kamu ciptakan.

Manusia yang kuharapkan akhirnya ada di hadapan kiriku, dialah ibuku. Bersama saudaraku yang lain. Penonton pada hari itu diluar dugaan awal, kukira bakalan sepi ternyata membludag. Tiket yang kami dapat dari panitia sebanyak seratus habis terjual, kukira penonton yang datang tidak sebanyak tiket yang keluar, ternyata luar biasa, begitupun dengan tiket on the spot atau beli di tempat. Sungguh, sebuah apresiasi yang luar biasa. 

Kami menobatkan sendiri kelompok kami dengan penonton terbanyak dan penuh ruang itu. Banyak apresiasi yang diberikan penonton juga dosen pengampu kepada kami, namun tidak lepas dari kritikan, mereka puas setelah menonton pertunjukkan kami. Barabah.

FESDRAK (Festival Drama Antar Kelas) pertunjukan yang dirancang untuk seluruh mahasiswa-mahasiswi keguruan dan ilmu pendidikan semester 6, fesdrak merupakan salah satu bekal calon pendidik terjun ke dunia pendidikan guna mengasah kemampuan bermain peran, menggali kreativitas, inovasi, dan memberikan apresiasi terhadap karya yang ditampilkan.
Banyak hal yang kami dapatkan dalam proses teater ini, hal yang paling berkesan adalah eratnya rasa kekeluargaan antar anggota, meskipun tidak bisa dipungkiri, tawa, tangis, bahkan perdebatan pun muncul dalam proses yang kami jalani. Banyak kendala yang kami lalui, mulai dari perubahan nama teater, pergantian naskah, dan pemilihan tokoh yang sesuai dengan peranan, hingga akhirnya kami dapat menampilkan persembahan terbaik yang sudah dirancang dengan bercucuran keringat siang malam.
Berkah barokah dan nikmat Alloh SWT, dengan rasa syukur yang teramat dalam, kami ucapkan terima kasih untuk keluarga yang terus mendukung sepenuh hati dan mendoakan kami, untuk seluruh anggota Teater Benteng, untuk Bapak E. Sumadiningrat, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia atas bimbingan dan arahannya, dan terima kasih yang setulus-tulusnya untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pementasan Lakon Barabah.
Semangat menyaksikan, semoga dapat menghibur dan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan…
Begitulah catatan sutradara yang dibagikan kepada seluruh penonton yang hadir pada Juni Satu.

Terima kasih yang paling dalam dan setulus-tulusnya sutradara ingin sampaikan kepada seluruh tim Teater Benteng yang sudah totalitas. Tanpa mereka mungkin pertunjukkan ini tidaklah ada, tanpa kalian Benteng tidak akan ada, untuk kalian. Penata Panggung - Irma Afriyani dan Siti Dahlia. Penata Lampu - Lailatus Saadah. Penata  Musik - Laisa Bahriani. Penata  Busana dan RiasSusanti. Bendahara - Iis Trisnawati. Koordinator TiketLindawati. Dan untuk kalian semua para pemain yang luar biasa, terima kasih untuk totalitasnya. Untuk tim di belakang panggung, terima kasih telah melengkapi pertunjukkan kami hingga berkesan memuaskan bagi para penonton, sampai-sampai kita masuk koran. Hohohohohoho. (TangSel Pos edisi 04-05 Juni 2016)

Maaf jika selama proses banyak kata-kata yang menyakiti hati keluar dari mulut yang berdosa ini, maaf untuk semua peraturan yang sudah pernah diterapkan, maaf untuk celetukan yang menusuk, maaf sudah membatasi waktu kalian berada di rumah berkumpul dengan keluarga, maaf sudah mengharuskan kalian pulang tengah malam, maaf sudah membuat kekacauan selama beberapa bulan. Mungkin kata maaf saja tidak cukup untuk menebus salah dan kekecewaan kalian pada manusia yang sok mengatur selama proses berlangsung. 

Maaf yang setulus-tulusnya kuucapkan. Esok tidak akan ada seperti ini, inilah kenangan yang kita punya. Kenanganku pada kalian. Dan kenangan untuk semester enam di Muhammadiyah Tangerang. Teater Benteng. Semangat menuju mimpi yang kalian tuju, aku akan terus mendukung dan mendoakan kalian jadi apapun kelak.

Enam belas manusia berjuang siang malam, mulai dari memikirkan, bertindak, dan akhirnya bertawakal pada Sang Gusti Alloh. Kalian adalah pemenangnya. Salam Parabens


Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi I)

Huaaaaaaaah sudah lama banget gak aplot kisah ke laman ini, hallo kamu apa kabar? Iya kamuuuh, yang pake baju koko mau ke masjid, iya kamu *lirik ke samping*

Akhirnya semua tugas yang dibebankan ditingkat enam sudah terlampaui. Fesdrak, tugas analisis dkk, dan akhirnya UAS. Yang terberat adalah Fesdrak. Huuuh haaah *hembusin napas* babay fesdarak! Semua sudah kami lakukan semaksimal mungkin, alhamdulillah kami puas dengan apa yang sudah kami tampilkan, sekalipun ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan Ilmu Legowo kami rasa cukup. Terbayarkan perjuangan, kerja keras, dan juga totalitas kami. Semua memberikan penghargaan yang luar biasa.

Awalnya ngerasa nge-down dengan pertunjukkan yang akan ditampilkan pas hari H (Rabu, 01 Juni 2016) bunyi gong ketiga sudah dimulai tapi penonton baru sedikit, belum ada sebaris, hanya beberapa orang di depan. Nyeees. Coba rileks dengan ngunyah permen karet dan memutar lagu JKT48 River. Semua terkendali, meskipun tidak bisa dipungkiri degdegan muncak banget. Tapi tenang gegara ngunyah. Ngintip di celah, manusia yang kuharapkan belum juga menampakan wujudnya. Kukira ia telat. Benar saja. Telat.


Adegan awalpun sudah dimulai, tarian yang mencirikan pertunjukkan akan dimainkan, nampak dua pemain di atas panggung dengan muka dicat hitam dan putih dan satu pemain berbadan besar dengan muka glitter berkain batik kerlap-kerlip. Dua muka hitam putih itu adalah Ntin dan Ntun (Siti Nur Azqiyah dan Sri Darmayanti) dan perempuan glitter itu adalah Nyai (Hilda Margita) mereka menari sebagai pembuka, persembahan kami untuk para penonton. Ntin dan Ntun memerankan sebagai pembatu yang centil dan kepo. Nyai, yaa dialah dalang dari semuanya. Nyai adalah juru kunci pertunjukkan ini.