Jumat, 16 Desember 2016
Kamis, 08 Desember 2016
Kamis, 10 November 2016
Sepenggal Garis Waktu – Fiersa Besari
Adalah malam yang membuat pagi belajar bersinar. Adalah
hening yang membuat bising belajar mendengar. Adalah luka yang membuat sehat
belajar bersyukur. Adalah patah hati yang membuat jatuh hati belajar mendarat.
Adalah kau yang membuat aku belajar menjadi aku. Dan adalah kau yang membuatku
jatuh hati yang kedua. Ini tidak mudah.
Dan, di sinilah aku memutuskan untuk berterus-terang
menganai yang terpendam selama ini. apapun reaksimu, aku sudah siap. Aku lelah
bersembunyi memikirkanmu. Mungkin kau pun sudah lelah pura-pura tidak tahu kalau
aku memang memikirkanmu.
Mereka menyukaimu karena ketampananmu. Aku menyukaimu
karena pemikiranmu dan tatapan matamu yang kubil. Berbincang sambil bertatapan
selalu lebih baik. Mereka membencimu karena kau berbeda. Aku akan membencimu
jika kau berusaha untuk menyeragamkan dirimu. Kau unik.
Mereka mengejarmu mati-matian. Aku berusaha berjalan di
sebelahmu. Bagaimana bisa berpengan tangan kalau tidak bersampingan? Mereka kesal
karena kau terlalu sibuk. Aku senang kau mengejar mimpimu. Karena mimpi adalah
segalanya. Mereka berdoa agar bisa bersamamu. Aku berdoa agar kau selalu
bahagia. Dan doaku selanjutnya adalah: semoga aku ada di dalam skema
kebahagiaanmu.
Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu.
Tidak mahir berkata, tapi tahu cara mendoakan. Tidak mahir melawak, tapi tahu
cara membuatmu bahagia. Aku tidak tahu di mana ujung perjalanan ini, aku tidak
bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah
prioritas.
Jika telah tiba, genggam erat. Sesuatu yang istimewa
tidak datang dua kali. Tapi, jika genggaman itu lepas jangan larut dalam
linangan air mata. Alloh punya rencana yang lebih maha.
Coba sesekali simpan gengsimu, akan luar biasa
menyenangkan untuk bisa mengucapkan apa yang ingin kau ungkapkan. Sebuah dialog
akan lebih mendewasakan dibandingkan pemainan kode. Huaaaaaaah yeah! #bukukece #fiersabesari #gariswaktu #belionline
Senin, 07 November 2016
Doadoadoa
Kuperhatikan semakin
jauh, pantaskahku. Kekasih apa bila kau ampuni maka hanya engkaulah yang pengampun.
Siang ini ditemani
segelas es susu cokelat yang menyegarkan dahaga, perih, juga hati. Lebih
manis dari biasanya, dengan khidmat kuseruput penuh harap. Kudoakan, semoga
kuhapus dirimu dari hadapku, kau tidak di hadapku, tapi bayangmu terus menggoda
pikiranku.
Alunan melodi ini
sangat syahdu, tak bisa kuutarakan padamu. Aku? Aku hanya menunggu apa yang
harusnya kau ucapkan. Karena, aku perempuan yang sama seperti perempuan lain.
Menunggu. Cinta bersabarlah. Letto.
Banyak puisi yang kau
sembunyikan, tak kutemukan di mata yang lain. Hanya dirimu yang menggetar
naluri untuk yang kedua kali. Kita memang tidak saling akrab, tidak dekat, juga
tidak berani akan rasa masingmasing. Kita hanya membuka obrolan penuh tekateki, jika diartikan aku tidak ingin ke-ge-er-an. Tugasku hanya meladeni
chat itu. Ah wedeeehaha.
Katanya mencari jodoh
itu ada di empat tempat, dan salah satunya di pemakaman. Kutemui dirimu di
pemakaman. Apakah kita? Eciee nyesss wkwkw. Semoga doadoa itu terijabah. Aamiin
Minggu, 23 Oktober 2016
Doa Susu Jahe
“Nak, biarkan susu itu
manis seperti adanya, jangan kau tambahkan rasa hangat atau getir. Pasti
berbeda rasanya” Mas Purno menepuk bahu kananku. “Tapi memang begitu
seharusnya, Mas” timpalku melirik tajam.
Dari dulu Mas Purno
memang tidak suka dengan bau hangat dan getir dari racikan minuman yang kubuat.
Ia selalu mengatakan bahwa itu adalah minuman sampah, yang hanya dibuat oleh
tangan-tangan kecil sepertiku. Katanya.
Mas Pur kupanggilnya. Ia kakak tertua dari delapan bersaudara. Pekerjaannya hanya memantau keadaan pasar yang ia kelola. Semua warga pasar sangat merunduk. Ia memiliki kuasa di kawasannya. Sekalinya ia mengedikkan badan, semua akan terdiam.
Masku
sangat sayang pada perempuan yang melahirkannya, sampai ketika ayahku wafat Mas
Pur tidak pulang ke rumah. Katanya jika pulang ke rumah menandakan air mata
yang berjatuhan. Ia lebih memilih mengamankan pasar dan menghilangkan
kesedihannya. Ia membunuh sopir angkot yang menabrak ayahku. Polisi berdatangan,
tangan Mas pur diborgol. Dua tahun ia mendekap di jeruji besi.
Cerita ini belum usai, sebab terhalang ide dan inspirasi yang mandek wkwkwkwkw
Disemogaken ya Ndoo
Selamat untuk yang
sudah kau gapai, kelak kukan merindukan dirimu yang dulu. Selamat untuk yang
diselamatkan. Selamat, karena kau sudah bisa berkreasi dengan inginmu, aku? Aku
pun sudah. Sama. Sama menunggu.
Banyak perempuan cantik
yang sudah istiqomah dengan dirinya, terlihat lebih menawan dengan
balutan persegi di kepalnya. Kusuka, tapi apakah kau sukaku? Ah, aku masih
belum istiqomah dengan itu semua, aku masih dengan apa yang diriku miliki, aku
masih dengan sifat jelekku, sikap tercelaku, dan masih dengan rasa yang sama
padamu, meski kau tidak padaku! Terima kasih, ternyata lelah mengharap yang
kumau. Ah…
Tuan, apa yang sudah kau buat sungguh menakjubkan, kau jadi dirimu sendiri,
dengan kemampuan yang kau punya, tidak lupa itu adalah pemberian Alloh-mu. Berdoalah.
Semoga ijabah.
Aku dengan doa yang
kupuya, hanya bisa mendoakan. Apa yang bisa kuperbuat selain itu? Tidak, aku tidak
bisa apapa selain mengetik cerita ini. Sudahlah kuakhiri saja, sebab tidak baik
terus mengharap pada manusia, apalagi yang belum pasti. Hanya Alloh-lah yang
pasti. Yakin.
Oktober
duadua
Selasa, 11 Oktober 2016
Kudoaken
Selamat
jam sepuluh lewat empatlima. Sudah siang, sudah saatnya kamu jatuh cinta ke aku.
Nahloh kok gitu? Iya, sebab kamu sudah mau membaca goresanku hari ini. Selamat
siang, kamu yang penyayang tapi sulit disayang, maunya ingin disayangsayang.
Holaaa sayang~ hahaha
Pernah
kepikiran gak kalau orang tuamu sudah susah payah bekerja keras untukmu?
Sudahkah bersyukur siang ini bahwa mereka masih ada untukmu? Sudah?! Ntah
kenapa hari ini merindu orang rumah, padahal baru beberapa jam pergi dari
rumah, rasanya pengen terus ada di rumah.
Perempuan
cantik yang tidak kenal lelah mengurus semua kebutuhan dan keperluan
anakanaknya, suaminya, dan dirinya. Perempuan yang apa adanya, manis, yang kalau
ketawa pasti matanya kelihatan seperti orang merem. Salam sayang Ibuku
tersayang. Aku terharu dengan lelahmu pagi ini.
Ketika
kusakit merekalah yang mendekapku dengan hangat. Pukul sebelas kalong mereka
membawaku ke sebuah klinik dekat rumah. Dengan kekhawatiran yang memuncak. Aku
lemah, terkulai rapuh karena aktivitas yang padat menjatuhkanku. Seharusnya aku
sadar bahwa aku sudah besar, sudah bisa menjaga diri, juga menjaga hati, ah. Tapi,
aku lalai dengan tubuhku sendiri, tidak jaga sehatnya. Maafkan aku.
Kata
Nenek “kalau anak, cucu, atau keluarga ada yang sakit pasti orang tua ikut
kepikiran” gak enak ini itu.
Empat
hari melemah dalam ranjang yang memanja, dikuatkan bubur yang manis, dengan
butiran kapsul yang tiap empat jam harus kunikmati, dengan makan yang tidak
boleh pilih ini itu, tapi harus mau! Kuistirahatkan diri dengan pikiran tenang,
damai, dan menjatuhkan diri sejatuhjatuhnya.
Terima
kasih untuk kasih yang tidak pernah putus, sebab Pola masih sangat membutuhkan sayang
yang kalian berikan, kini dan nanti. Jangan menjauh dari peluk, sebab Pola akan
sangat tidak tahu jadi apa kelak jika tanpa yang seharusnya. Pola sayang
kalian. Kelak kalau Pola punya seseorang yang mendampingi, akan Pola ajak ia
mencintai kalian. Sama seperti ia mencintai orang tuanya sendiri. Dialah
imamku.
Doakan
Pola mendapatkan yang terbaik pilihan Alloh, juga pilihan kalian. Sebab doa
kalianlah yang ijabah (nahlooh ini kok jadi bahas jodoh ya hahaha) Semoga
yang disemogakan. Dialah dialah dan dialah mausianya. Aamiin Allohumma Aamiin.
Oktober
sepuluh enambelas
Sabtu, 01 Oktober 2016
Pucuk September
Penghujung
September, aku puas dengan apa yang sudah digores September. Tengkyu September
semuanya berkesan. Terlebih untuk keluarga tercintaaah yang gak ada duanya,
untuk semua kado yang luar biasa, dan untuk kenangan yang tidak bisa terulang
kembali. Babay September…
Kelak,
jika aku masih bersama September kan kuukir ribuan senyum membekas mengenangku.
Hingga mereka tahu bahwa pemilik September adalah perempuan biasa saja yang
bisanya hanya memberi kenang. Ntah apa yang harus kuucapkan, sebab esok adalah
akhir dari September. Jangan merindu September, karena kalau kau merindunya
sama saja kau merinduku *tsaaah
Ada
banyak kisah yang harus kuutarakan dalam bulan ini, salah satunya duadelapan September
bersama dua manusia yang tidak tahu waktu. Petang, cahaya, malam, hujan, dan
lepek. Masih semangat untuk mengayuh pedal, berkeliling kota sembari menghirup
nikmatnya menjadi pemilik malam.
Mereka,
manusia yang teramat tangguh, butiran hujan dilawannya dengan gerakan tangan
yang menyapu wajahnya. Menurunkan lengan agar tidak kedinginan, sebab, angin
malam merengkuh tubuh teramat erat. Hingga dada tertegun untuk mengulang dahak.
Pertanda malam bertambah liar.
Ada
banyak keceriaan yang terpaut pada raut yang kelelahan. Lelah berubah canda,
canda berubah tawa, tawa menjadi teriakan, dan akhirnya ada kepuasan tersendiri
pada malam itu. Menandakan ada kebebasan yang terlampaui.
Ketika teriakan di jalan raya gak malu, tapi pas sampai di
perkampungan kok kayak ngerasa risih yak. Takut dianggap bocah nekad gegara main
ujanujanan tengah malam wahahaha. Sumfeeeh malu banget jadi cengarcengir
sendiri. Sampai bilang ‘eh kok gw malu yak’ ntahlah~
Kayuh
terus, makan lagi, kumpul mulu, dan akhirnya pulang ke rumah. Duhai
September yang membolakbalikan sejuta kenang, terima kasih untuk hari yang
bertabur keberkahan. Akhir September semoga esok kan kembali. Dengan yang sama. (Sarah Ananda Putri - Malik Daruqutni)
Selasa, 27 September 2016
Elegi se-Bulan-an
Selamat
duatujuhduaenambelas. Bulan September, baru ini ngisi materi blog, hah lama gak
ngetik, lama gak kumpul, lama gak temu kamu. Iya kamu yag merinduku. Selamat
jam sepuluh nolnol.
Pagi
ini, melooo banget pas lihat upload-an temen yang lagi merindu kebersamaan,
ngenang sih tapi mau bilang apa. Cuma bisa liatin foto yang ada sambil bilang
“Kak Lai, semangat menyibukan diri semoga kita bertemu dalam kolase yang sama”
matahari sepenggal naik ke pelupuk mata, semangat mencari barokahNya.
Kita
samasama menyibukan diri, kerja diri, memperbaiki diri, bahkan bangun sendiri,
yaa iyalah bangun sendiri kan belum ada yang ngebangunin *eaaahaha. Iya kita
lagi samasama memperbaiki diri menjadi manusia pendidik yang amanah!
Aamiin. Kak Lai, kalau punya waktu temui
Pola ya. Pola nunggu kak Lai di jam Pasar Lama, pas kita beli bungabungaan
plastik yang biasa aja tapi harganya selangit haha, gak apapa lah yak, kan
ngebantu buibu itu. Pola tunggu ya kegokilan dan keseruan ngegembel bareng,
lagi!
Tau
gak? Pasti gak tau kan! Sini Pola kasih tahu (sambil bisik) Pola ngetik
catatan ini di meja kerja sambil gosok ingus dan bolakbalik ke kamar mandi
haha, ntah tibatiba jadi muncak pengen ketemu kalian. Kalian yang dari tingkat
satu nemenin Pola, susah samasama,
bingung, pusing, ngeledekin, bahkan belajar bareng pulang malam biar kayak
orang bener, padahal mah nanti di kelas kebingungan lagi *tepok jidad*
Kita
emang gak terlalu dekat, tapi kok jadi kayak kehilangan ya? Padahal baru
sebulan gak temu, itu pun gak temu karena sibuk memperbaiki diri. Yaa, kita
harus terbiasa untuk jauh. Mungkin, jarak tentang kita! Kak Lai, Pola malu
nangis depan komputer nih. Haha~
Mungkin
Pola banyak salah sama kalian, nyakitin kalian dengan tingkah Pola, katakata
Pola, bahkan bercandaan Pola yang cenderung pedes kek lidilidian di kantin pop
ice. Maafkan kekhilafan Pola yang lugu ini, Pola mau sekarang jadi anak
baebae di depan kak Lai, iya cuma di depan kak Lai, kalau di belakang mah Pola
apa adanya aja dah ya. Perempuan obrakabrik.
Biarin
orang lain mau berkata Pola aneh atau apalah-apalah, yang penting Pola senang
dengan apa yang Pola lakuin, terlebih lagi apa yang Pola lakuin membawa manfaat
buat banyak orang. Semoga kegembelan kita menjadi cerita manis di masa depan
*sambil muter lagu SO7 – Sebuah kisah klasik*
Ngegembel
mana yang paling berkesan ketika bareng Pola? Jawab di komenan yak haha.
Akhirnya kita punya cerita ngegembel, itu berarti Pola pernah berkesan di hati
kalian, meskipun belum memberikan yang terbaik. Yaa tau sendirilah ya, Pola kan
orangnya demen banget ngegembel demi mendapatkan sesuatu yang murah tapi
menyayat ati *tsaaah ngerendah, tapi emang bener sih wkwkw
Kak
Lai udah dulu ya, laper nih pengen minum. Nahloh kan laper kok minum? Laah kan
ngemat, biar berat badannya gak naik drastis. Mending Pola mah minum doang, lah
kak Lai makan mulu tapi turun drastis, makanya kak Lai jangan ngebatin, tuh kan
jadi kurus. Yaudah ya kak Lai, salam buat koordinator
tim artistik terbaik Pola, salam juga buat Ntin dan Ntun yang Pola rindukan.
Jaga baebae sehat kalian semua, InsyaAlloh Pola juga sehat meskipun cenderung
rapuh. Dudududu~
Tertanda orang
yang tidak manis tapi kelebihan senyum manis. Pol J
Selasa, 02 Agustus 2016
Dua Agustus Yang Pergi
Lagi, kami harus mengikhlaskan apa yang pergi. Bukan hanya
sekali, tapi berkalikali. Mungkin Alloh punya rencana indah untuk kami. Kami tahu,
semua berputar. Pasti. Selamat jalan untuk yang terkenang. Mungkin jika kau
bisa berbicara, kau akan berkata. Kenapa kalian melepas aku? mungkin.
Terima kasih untuk bapak
tersayangku, sudah mau mengikhlaskan ini semua terjadi. Semoga hujan yang
mengguyur memberimu kekuatan, bahwa semua memang sudah waktunya. Terima kasih sudah
ikhlas, meskipun kutahu bahwa hati kecilmu memikirkan ini semua. Kau bapak
terbaik dan kuat untuk semuanya. Terima kasih sudah bertahan untukku, untuk
ibuku, dan untuk adikku. Terima kasih Pak Nata Sugandi, Pola sayang bapak.
Untuk perempuan yang
menguatkan, terima kasih sudah mau mengusahakan ini semua terjadi. Menguatkan bapakku
yang awalnya ragu, mungkin ini memang sudah jalannya. Berkah semoga berkah,
hujan terima kasih sudah menyejukkan hati manusia di rumah pojokan ini. Alloh,
kami percaya bahwa hujan ini keberkahan yang berlipat ganda untuk ke depannya. Subhanalloh.
Kutahu apa yang sudah
pergi tidak akan kembali lagi, kalaupun kembali mungkin akan berubah, sekecil
apapun pasti perubahan ada. Kami ikhlas, meskipun malam ini kami harus tawa
termehekmehek karena kepergiannya. Ntah, semua rasa campur aduk menjadi satu. Senang,
sedih, khawatir, takut, buyar, dan mengenang. Ikhlaskan, ikhlaskan, dan ikhlaskan.
InsyaAlloh kami usahakan.
Terima kasih untuk
beberapa tahun sudah bersama kami, bersama keluarga besar Nata Sugandi, Ibu
Manih, adik Zakky Ansori, dan aku Pola Malinda. Terima kasih sudah mau
mengantarkan kami pergi kemanapun yang kau bisa. Semoga ada penggantimu yang
lebih baik. Daaaaaaah toscaredku. Aku mengenangmu.
Agustus, kau luar biasa. Baru saja di awal. Semoga akhirmu mengesankan.
Ketika hujan di dua Agustus
Duasatu lewat delapan
Dalam Doa
Semangat Jum’at menjelang siang,
mau kemana weekend ini? Bobok cakep aja
kali yaa…
Doa bertabur anter kadang tangis terdengar
Aku pun ikut tersedu
sedan
Akhirnya aku usai juga
Oh, kini aku lengkap sudah
Begitulah cuplikan lirik dari
band terbaik anak negeri, ERK.
Kalau berbicara kematian pasti tidak akan ada habisnya,
tumbuhan, hewan, bahkan manusia pasti akan mati.
Kalau aku meninggal nanti
datang ya kepusaraku. Titipkan doa terbaikmu ke Alloh untukku.
Hah, padahal aku belum ada persiapan, kalaupun mendadak itu berarti memang sudah jalanNya.
Semua sudah tertulis rapih
di Lauhful Mahfuz. Allohuakbar.
Kumaluku
Aku malu jika harus mengemis padamu
Malu, jika engkau menolakku dan menjatuhkanku
Malu, jika inginku tidak terkabul
Malu, jika hidupku tanpamu
Malu, jika aku tidak berarah
Tapi, aku lebih malu jika tidak pandai bersyukur, padaMu.
Agustus Satu, 2016.
Alloh menghidupkan mahluk
di muka bumi
Menyapanya dengan nikmat
yang berlimpah
Diberinya harapan untuk nafas
yang berhembus
Menyadarkan
di sepertiga malam
Untukmu,
untuk mengingatNya.
Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi II)
Masuklah adegan pertama, seorang laki-laki yang baru saja
pulang dari ladang dengan tangan terluka akibat ilalang yang tajam, sambil
teriak laki-laki itu memanggil istrinya yang cantik, muda, dan sangat ia
sayangi. Istrinya bernama Barabah (Hanipah Nazua) pemeran utama. Singkat
cerita, datanglah seorang perempuan muda yang membuat hati Barabah panas,
dialah Zaitun (Febry Sukma Afriyanti) diiringi oleh pengawalnya yang berbadan
besar dan kekar, tapi dengan gaya yang kemayu dialah Pengawal (Fajri Wahyu
Illahi).
Di pertengahan adegan ada seorang perempuan cantik, dialah Maryati
(Fatimatu Zahra) mantan istri dari Banio yang berpaling hati ke seorang lelaki
Belanda yang tampan dan bertubuh putih, dialah Meneer (Mutia Aprianti). Banyak
yang tidak seharusnya dalam naskah ini, pemeran perempuan berganti menjadi
laki-laki, begitu sebaliknya. Karena sutradara meyakini, bahwa kamu adalah
tuhan untuk tokoh yang kamu ciptakan.
Manusia yang kuharapkan akhirnya ada di hadapan kiriku, dialah
ibuku. Bersama saudaraku yang lain. Penonton pada hari itu diluar dugaan awal,
kukira bakalan sepi ternyata membludag. Tiket yang kami dapat dari panitia
sebanyak seratus habis terjual, kukira penonton yang datang tidak sebanyak
tiket yang keluar, ternyata luar biasa, begitupun dengan tiket on the spot atau
beli di tempat. Sungguh, sebuah apresiasi yang luar biasa.
Kami menobatkan sendiri
kelompok kami dengan penonton terbanyak dan penuh ruang itu. Banyak apresiasi
yang diberikan penonton juga dosen pengampu kepada kami, namun tidak lepas dari
kritikan, mereka puas setelah menonton pertunjukkan kami. Barabah.
“FESDRAK (Festival Drama Antar Kelas)
pertunjukan yang dirancang untuk seluruh mahasiswa-mahasiswi keguruan dan ilmu pendidikan semester 6, fesdrak merupakan salah satu bekal calon pendidik terjun ke
dunia pendidikan guna mengasah
kemampuan bermain peran, menggali kreativitas, inovasi, dan
memberikan apresiasi terhadap karya yang ditampilkan.
Banyak hal yang
kami dapatkan dalam proses teater ini, hal yang paling berkesan adalah eratnya
rasa kekeluargaan antar anggota, meskipun tidak bisa dipungkiri, tawa, tangis, bahkan perdebatan pun muncul dalam proses yang kami
jalani. Banyak kendala yang kami lalui, mulai dari perubahan nama teater,
pergantian naskah, dan pemilihan tokoh yang sesuai dengan peranan, hingga
akhirnya kami dapat menampilkan persembahan terbaik yang sudah dirancang dengan
bercucuran keringat siang malam.
Berkah barokah dan nikmat Alloh SWT, dengan rasa
syukur yang teramat dalam, kami ucapkan terima kasih untuk keluarga yang terus
mendukung sepenuh hati dan mendoakan kami, untuk seluruh anggota Teater Benteng, untuk Bapak E. Sumadiningrat, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sanggar
Bahasa dan Sastra Indonesia atas bimbingan dan arahannya, dan terima kasih yang
setulus-tulusnya untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pementasan Lakon
Barabah.
Semangat
menyaksikan, semoga dapat menghibur dan memberikan pengalaman yang tidak
terlupakan…”
Begitulah catatan sutradara yang dibagikan kepada seluruh penonton yang
hadir pada Juni Satu.
Terima kasih yang paling dalam dan setulus-tulusnya sutradara ingin
sampaikan kepada seluruh tim Teater Benteng yang sudah totalitas. Tanpa mereka
mungkin pertunjukkan ini tidaklah ada, tanpa kalian Benteng tidak akan ada,
untuk kalian. Penata Panggung - Irma Afriyani dan Siti Dahlia. Penata
Lampu - Lailatus Sa’adah. Penata Musik - Laisa Bahriani. Penata Busana dan Rias – Susanti. Bendahara
- Iis Trisnawati. Koordinator Tiket – Lindawati. Dan untuk kalian semua para pemain yang luar biasa,
terima kasih untuk totalitasnya. Untuk tim di belakang panggung, terima kasih telah
melengkapi pertunjukkan kami hingga berkesan memuaskan bagi para penonton,
sampai-sampai kita masuk koran. Hohohohohoho. (TangSel Pos edisi 04-05 Juni
2016)
Maaf jika selama proses banyak kata-kata yang menyakiti hati keluar dari
mulut yang berdosa ini, maaf untuk semua peraturan yang sudah pernah
diterapkan, maaf untuk celetukan yang menusuk, maaf sudah membatasi waktu kalian
berada di rumah berkumpul dengan keluarga, maaf sudah mengharuskan kalian
pulang tengah malam, maaf sudah membuat kekacauan selama beberapa bulan.
Mungkin kata maaf saja tidak cukup untuk menebus salah dan kekecewaan kalian
pada manusia yang sok mengatur selama proses berlangsung.
Maaf yang
setulus-tulusnya kuucapkan. Esok tidak akan ada seperti ini, inilah kenangan
yang kita punya. Kenanganku pada kalian. Dan kenangan untuk semester enam di
Muhammadiyah Tangerang. Teater Benteng. Semangat menuju mimpi yang kalian tuju,
aku akan terus mendukung dan mendoakan kalian jadi apapun kelak.
Enam belas manusia berjuang siang malam, mulai dari memikirkan, bertindak,
dan akhirnya bertawakal pada Sang Gusti Alloh. Kalian adalah pemenangnya. Salam Parabens
Teater Benteng - Lakon Barabah (edisi I)
Huaaaaaaaah sudah lama banget gak aplot kisah
ke laman ini, hallo kamu apa kabar? Iya kamuuuh, yang pake baju koko mau ke
masjid, iya kamu *lirik ke samping*
Akhirnya semua tugas yang dibebankan ditingkat enam sudah
terlampaui. Fesdrak, tugas analisis dkk, dan akhirnya UAS. Yang terberat adalah
Fesdrak. Huuuh haaah *hembusin napas* babay fesdarak! Semua sudah kami lakukan
semaksimal mungkin, alhamdulillah kami puas dengan apa yang sudah kami
tampilkan, sekalipun ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan Ilmu
Legowo kami rasa cukup. Terbayarkan perjuangan, kerja keras, dan juga totalitas
kami. Semua memberikan penghargaan yang luar biasa.
Awalnya ngerasa nge-down dengan pertunjukkan yang
akan ditampilkan pas hari H (Rabu, 01 Juni 2016) bunyi gong ketiga sudah
dimulai tapi penonton baru sedikit, belum ada sebaris, hanya beberapa orang di
depan. Nyeees. Coba rileks dengan ngunyah permen karet dan memutar lagu JKT48
River. Semua terkendali, meskipun tidak bisa dipungkiri degdegan muncak banget.
Tapi tenang gegara ngunyah. Ngintip di celah, manusia yang kuharapkan belum
juga menampakan wujudnya. Kukira ia telat. Benar saja. Telat.
Adegan awalpun sudah dimulai, tarian yang mencirikan pertunjukkan
akan dimainkan, nampak dua pemain di atas panggung dengan muka dicat hitam dan
putih dan satu pemain berbadan besar dengan muka glitter berkain batik
kerlap-kerlip. Dua muka hitam putih itu adalah Ntin dan Ntun (Siti Nur Azqiyah
dan Sri Darmayanti) dan perempuan glitter itu adalah Nyai (Hilda
Margita) mereka menari sebagai pembuka, persembahan kami untuk para penonton.
Ntin dan Ntun memerankan sebagai pembatu yang centil dan kepo. Nyai, yaa dialah
dalang dari semuanya. Nyai adalah juru kunci pertunjukkan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)